- Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama berpuasa; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah. ” HR.’Al-Bukhari dan Muslim)
- “Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang ” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)
- Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
- Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
- “Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur . ” (HR. Al-Bukhari, I\luslim dan At-Tirmidz)
- Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.
- Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah diturunkan didalamnya, yakni membaca Al-Qur’anul Karim. Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur’an baginya. (HR. AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu).Dan pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi kita.
- Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
- “Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari)
- Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya cepat marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan dalih bahwa engkau sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang, tidak emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat, jangan Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan tolaklah dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
- “Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kama beupuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata ‘Sesungguhnya aku sedang puasa” (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan)
- Harus lebih sabar, syukur, dan ihklas
- Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia menolak melakukan penghinaan dan caci-maki.
- Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan membawa taqwa kepada Allah, takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agama-Nya. Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun. Dan buah paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah berfirman : “Agar kamu bertaqwa. “(Al-Baqarah: 183)
- Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai, dan mematahkan nafsu dari keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu berkata : “Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kama beupuasa jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa.”
- Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari yang haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal, tetapi kamu berbuka dengan yang haram.
- Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu lebih baik dan lebih banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding pada selain bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paring dermawan, dan beliau lebih dermawan ketika bulan Ramadhan.
- Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo’a :”Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku berbuka. Ya Allah terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “(44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan Ramadhan, 1390 H.hlm.38-40.)
- Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Jibril’alaihis salam senantiasa membacakan Al-Qur’anul Karim untuk beliau pada bulan Ramadhan; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca Al-Qur’anul Karim, shalat, dzikir, i’tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyegerakan berbuka dan menganjurkan demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta menganjurkan dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya maka dengan air.
- Nabi’shallallahu ‘alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”
- Jika beliau melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, terkadang beliau meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan membiarkan para sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam keadaan junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi setelah terbit fajar dan tetap berpuasa.
- Termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membebaskan dari qadha’ puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya Allahlah yang memberinya makan dan minum.
- Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa beliau bersiwak dalam keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa. Beliau juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa melakukan istinsyaq secara berlebihan. (Lihat kitab Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad, I/320-338 )
- Puasa yang disyari’atkan adalah puasanya anggota badan dari dosa-dosa, dan puasanya perut dari makan dan mimum. Sebagaimana makan dan minum membatalkan dan merusak puasa, demikian pula halnya dengan dosa-dosa, ia memangkas pahala puasa dan merusak buahnya, sehingga memposisikannya pada kedudukan orang yang tidak berpuasa.
- Karena itu, orang yang benar-benar berpuasa adalah orang yang puasa segenap anggota badannya dari melakukan dosa-dosa; lisannya berpuasa dari dusta, kekejian dan mengada-ada; perutnya berpuasa dari makan dan minum; kemaluannya berpuasa dari bersenggama.
- Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang menodai puasanya, bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu yang merusak puasanya. Ucapan yang keluar darinya selalu bermanfaat dan baik, demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi minyak kesturi, yang tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak tersebut. Itulah metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang yang berpuasa, ia akan mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta, kejahatan dan kezhaliman.
- Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan : “Dan sesungguhnya ban (mulut) orang puasa itu lebih harum di sisi AIlah daripada aroma minyak kesturi. “(HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, hadits hasan shahih gharib).
- Inilah puasa yang disyari’atkan. Tidak sekedar nahan diri dari makan dan minum. Dalam sebuah menahan diri dari makan dan minum”. Dalam hadits shahih disebutkan : “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta kedunguan maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum .(HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya)
- Dalam hadits lain dikatakan : Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga. ” (HR. Ahmad, hadits hasan shahih) (Dan ia menshahihkan hadits ini.)
jika rasa sakit ini begitu menggigit jiwa... ambil wudhu...menangislh padaNYA...ktkn'' Allah, hati ini milikMU, raga ini hny titipan drMU.....jk KAU takdirkn aq akn mencintainya seumur hidupq...hamba ridho...hamba ridho ya Allah... tp tolong...stidaknya...izinkan cinta ini tdk membuatq sakit.... agar hamba bisa mencintaimu tanpa bayanganx yg...
Jumat, 27 Juli 2012
30 Kesempurnaan Dalam Puasa Ramadhan
Kata-kata Nasihat Cinta Kahlil Gibran
Kita akan melampaui senja; secara kebetulan membangunkan fajar dari
dunia yang lain. Tapi cinta akan tetap tinggal, dan bekas-bekas jarinya
takkan terhapus. Direstui menempa pembakaran, berloncatan bunga-bunga
api, dan tiap bunga api adalah matahari. Itu lebih baik bagi kita, lebih
arif, menemukan sebuah bayangan yang tersangkut dan tidur di bumi
kedewaan kita, dan biarkan cinta, manusia dan yang papa, memimpin hari
yang akan tiba.
Kita ini satu, kekasihku. Kau telah memasuki diriku dan salah satu dari kita tidak bisa memutuskan hubungan tanpa menghancurkan yang lain. Hubungan ini jadi milik “diri” kita. Aku tidak bisa berpikir, berimajinasi, mencipta dan bekerja tanpa kau, lebih daripada tanpa diriku sendiri. Dan suatu hubungan harus kuat memikul derita seperti hubungan kita – dan menahan goncangan seperti masa-masa menyakitkan yang sudah kita lewati. Tetapi tanpa masa-masa menyakitkan itu, kukira hubungan ini tidak akan jadi begitu indah.
Jangan menangis, Kekasihku. Cinta tercipta untuk membuat mata-mata kita dan menjadikan kita pelayannya, agar kita mendapat anugerah kekuatan dan ketabahan. Hentikan airmatamu, karena kita telah mengangkat sumpah.
Aku adalah pohon yang tumbuh di keteduhan, dan kini aku menjulurkan dahan-dahanku meraih getar cahaya hari. Aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal padamu, kekasihku, dan harapanku semoga perpisahan kita akan seagung dan seindah cinta kita menjadi seperti api yang melebur batangan emas dan membuatnya menjadi lebih berharga.
Curahan hatiku kepadamu – apa maksud semua itu? Sebenarnya, aku tidak tahu apa yang kumaksudkan dengan semua ini. Akan tetapi, aku tahu bahwa kau adalah kekasihku dan bahwa aku memuja cinta. Kemiskinan dan kerja keras yang didampingi cinta jauh lebih baik daripada kekayaan tanpa cinta.
Cinta yang memiliki jemari yang sehalus sutera, tapi kuku-kukunya yang runcing meremas jantung dan membuat manusia menderita karena duka. Dan cinta adalah sekumpulan duka yang terangkum dalam pujian doa, membumbung ke angkasa bersama harum aroma dupa.
Patahnya cinta itu menyanyi, kesedihan pengetahuan itu berbicara, melankolis keinginan berbisik, dan derita kemiskinan menangis. Tetapi ada kesedihan yang lebih dalam dari cinta, lebih tinggi dari pengetahuan, lebih kuat dari keinginan, dan lebih pahit dari kemiskinan. Kesedihan seperti itu bisu tanpa suara; sedang matanya berkedip bagai bintang-bintang.
Karena himpitan benda membunuh manusia, pelan, tanpa derita, tapi cinta kasih membuatanya terjaga, dan pedih perih menghidupkan kepekaan jiwa.
Kasih, api cinta itu turun dari langit dalam berbagai bentuk dan rupa, namun perngaruh mereka di dunia adalah satu.
Kebisuan malam adalah utusan yang paling berjasa di antara dua hati, karena ia mengemban pesan cinta dan membawakan pujian dari hati kita. Sebagaiman Tuhan membuat jiwa-jiwa kita sebagai tawanan tubuh-tubuh kita.
Kita akan berjalan memasuki temaram, Mungkin saja akan bangun ke dalam tubuh dunia lainnya. Tetapi cinta kan tetap tinggal; dan bekas-jarinya tidak akan terhapuskan. Akan lebih baik buat kita, lebih bijaksana, untuk mencari sudut yang rindang dan tidur dalam kesucian bumi kita. Dan biarkan cinta manusia dan kelemahan, menguasai masa depan.
Cinta membuat jalan keras menjadi lunak and membalikkan kegelapan menjadi cahaya, serta kehormatan yang berada di hadapan jiwa. Menggalakkannya dari gairah dan keinginannya. Cinta diberikan Tuhan dalam hati. Kehormatan dicurahkan oleh hukum-hukum manusia menuju pikiran.
Tuhan telah menciptakan pada kalian jiwa bersayap untuk terbang mengarungi cakrawala cinta dan kebebasan. Betapa sedihnya memotong sayap itu dengan tanganmu sendiri dan menyiksa jiwamu seperti kutu yang merayap di atas bumi.
Cinta berlalu di hadapan kita, berbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejar, untuk berbuat jahat atas namanya.
Cinta adalah karunia Tuhan pada jiwa-jiwa yang peka dan agung. Haruskah kita campakkan dan biarkan babi-babi itu memporak-porandakan dan menginjak-injaknya. Dunia penuh keajaiban dan keindahan. Lalu mengapa kita hidup dalam terowongan sempit yang digali oleh pendeta itu untuk kita. Hidup penuh dengan kebahagiaan dan kebebasan, tapi mengapa kita tetap membiarkan belenggu di pundak kita dan kita patahkan rantai-rantai yang menjerat kaki-kaki kita, lalu berjalan dengan bebas menuju kedamaian.
Orang-orang yang oleh cinta tidak diberi sayap tidak akan bisa terbang di balik awan untuk melihat dunia magis, di mana jiwaku dan jiwa kekasihku hidup bersama-sama di satu kebahagiaan yang menyedihkan. Mereka yang tidak dipilih oleh cinta sebagai pengikutnya tidak akan mendengar ketika cinta memanggil-manggil.
Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta, biarkan cinta senantiasa, bagaikan air hidup, yang mengalir antara pantai kedua jiwa.
Ketika dua orang saling mencinta, mereka harus seperti bunga teratai masing-masing kelopaknya satu demi satu, menunjukkan hati emasnya tidak erat tertutup, agar membias di kolam, pohon-pohon, dan langit. Padahal terlalu banyak manusia yang hatinya tertutup.
Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia akan menyalibmu. Demi pertumbuhanmu, begitu pula demi pemangkasanmu. Sebagaimana dia membumbung, mengecup puncak-puncak ketinggianmu, membelai mesra ranting-ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari, demikian pula dia menghujam ke dasar akarmu, mengguncang-guncangnya dari ikatanmu dengan tanah.
Dengan cinta, laksana butir-butir gandum engkau diraihnya, ditumbuknya engkau sampai polos telanjang, diketamnya engkau agar bebas dari kulitmu, digosoknya hingga menjadi putih bersih, diremas-remasnya hingga menjadi bahan yang lemas dibentuk. Akhirnya diantarkan kepada api suci, laksana roti suci yang dipersembahkan pada pesta kudus Tuhan. Demikian pekerti Cinta atas diri manusia, supaya engkau pahami rahasia hati, dan kesadaran itu menjadikanmu segumpal hati Kehidupan.
Kuingatkan padamu, janganlah bertarung untuk berebut singasana cinta, karena cinta dan keindahan selalu akan tunduk dalam damai. Ingatlah ketika cinta memandang, ia adalah sebuah penyakit diantara daging dan tulang, dan hanya ketika masa muda telah lewat, rasa sakit akan memberinya kekayaan dan penderitaan membawa pengetahuan.
Apabila engkau mencintai, jangan berkata: “Tuhan ada di dalam hatiku.” Tetapi sebaiknya engkau merasa: “Aku berada di dalam Tuhan.” Dan juga jangan mengira, bahwa engkau dapat menentukan arah jalannya cinta, karena cinta apabila telah memilihmu, dia akan menentukan perjalanan hidupmu.
Jangan anggap cinta datang dari persahabatan yang lama dan hubungan akrab. Cinta adalah anak keturunan kecocokan jiwa. Dan jika kecocokan itu tak ada, cinta tak akan pernah tumbuh, dalam hitungan tahun. Bahkan generasi.
Karena cintalah dunia dipelihara, karena cinta setiap makhluk terus mempertahankan diri sendiri-sendiri, dan karena cinta mata yang utuh menjaga bagian-bagiannya… dia yang menyebut cinta dewi masyarakat manusia tidak salah, karena efek aneh dan kesan ajaib yang dihasilkan di kalangan manusia.
Mereka katakan jika orang memahami dirinya, dia memahami semua orang. Tetapi aku katakan padamu, apabila orang mencintai seseorang, dia belajar sesuatu mengenai dirinya sendiri.
Alangkah buasnya cinta yang menanam sekuntum bunga dan membongkar semua tanaman; Sebab ialah yang menyegarkan kita, apa yang akan membuat kita marah sepanjang zaman.
Cinta tiada berkeinginan selain mewujudkan maknanya. Namun jika engkau mencintai disertai berbagai keinginan, wujudkanlah dia jadi keinginanmu: Meluluhkan diri, mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan lagu persembahan malam, mengenali kepedihan kemesraan yang terlalu dalam, merasakan luka akibat perngetianmu sendiri tentang cinta, serta meneteskan darah suka rela serta suka cita, terjaga di fajar subuh dengan hati seringan awan.
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan mampu membuka pikirannya, dan merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.
Pada cinta pemahaman diperlukan…. Untuk mencintai berarti kita harus memahami sekalipun memahami dengan badan. Ketika misalnya saya melihat keindahan bunga – badan saya memahami keindahannya – tergambar ada padanya.
Jika kebaikan terkandung dalam cinta kepada apa yang agung, dan dalam kerinduan akan yang jauh dan tak terlihat – jika kebaikan adalah semua hal tersebut, maka akulah salah satu dari orang-orang yang memiliki kebaikan. Tapi jika itu terletak dalam hal-hal yang lain dari ini semua, maka aku tidak tahu siapa aku ini. Menurutku, kekasih, wanita yang sempurna harus menuntut hadirnya kebaikan dalam jiwa seorang pria, sekalipun ia bodoh.
Terkadang aku berkata pada hati, ”Jurang pemisah ini disebabkan oleh sesuatu yang tidak beres dalam diriu. Kalau yang salah itu dibereskan, aku akan amat dekat dengan semua orang dan mungkin akan mencintai mereka dengan cinta yang baru.”
Rasa cinta adalah hiburanku yang kala malam mendendangkan lagu-lagu kebahagiaan, membangunkanku di kala fajar, untuk mengungkap makna hidup. Cinta yang dianugerahkan oleh Tuhan, terbebas dari rasa dengki karena harta, tak pernah menyakiti raga karena ia ada dalam jiwa. Ia adalah sebuah pertalian kokoh yang memandikan jiwa dalam ketabahan, rasa lapar luar biasa, yang mengisi jiwa dengan karunia.
Cinta yang terbatas ingin memiliki yang dicintai, tapi cinta yang tak terbatas hanya terbatas menginginkan cinta itu sendiri, cinta yang tumbuh dalam perpaduan kenaifan dan gairah masa muda, memuaskan diri dengan memiliki dan tumbuh dengan pelukan. Tapi cinta yang dilahirkan bersama segala rahasia malam tak pernah puas dengan apa pun selain keabadian dan kelestarian dan ia hanya membungkuk dan patuh pada Tuhan.
Musuh berkata padaku, ”Cintailah musuhmu.” Dan aku mematuhinya serta mencitai dariku.
Semaikan benih dan bumi akan memberi kamu bunga. Mimpikan impianmu sampai ke langit dan ia akan memberimu yang kamu cintai.
Memperlihatkan cinta adalah suatu kepicikan dibanding sesuatu yang agung, yang tersembunyi di balik cinta.
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuataan itu tidak akan direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.
Cinta senantiasa malu terhadap kecantikan, namun kecantikan akan selalu diburu cinta. Dan pernahkah cinta menentang benci dengan kekuatan yang lebih hebat dari cinta itu sendiri?
Banyak hal yang kucintai, tetapi ternyata dibenci orang-orang. Sedangkan hal-hal yang kubenci, ternyata mereka cintai. Hal-hal yang kucintai saat masih kanak-kanak tetap kucintai sampai saat ini. Dan yang kucintai saat ini akan kucintai sampai akhir kehidupan nanti. Sebab menurutku cinta adalah segala yang dapat menghilangkannya dariku.
Kita ini satu, kekasihku. Kau telah memasuki diriku dan salah satu dari kita tidak bisa memutuskan hubungan tanpa menghancurkan yang lain. Hubungan ini jadi milik “diri” kita. Aku tidak bisa berpikir, berimajinasi, mencipta dan bekerja tanpa kau, lebih daripada tanpa diriku sendiri. Dan suatu hubungan harus kuat memikul derita seperti hubungan kita – dan menahan goncangan seperti masa-masa menyakitkan yang sudah kita lewati. Tetapi tanpa masa-masa menyakitkan itu, kukira hubungan ini tidak akan jadi begitu indah.
Jangan menangis, Kekasihku. Cinta tercipta untuk membuat mata-mata kita dan menjadikan kita pelayannya, agar kita mendapat anugerah kekuatan dan ketabahan. Hentikan airmatamu, karena kita telah mengangkat sumpah.
Aku adalah pohon yang tumbuh di keteduhan, dan kini aku menjulurkan dahan-dahanku meraih getar cahaya hari. Aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal padamu, kekasihku, dan harapanku semoga perpisahan kita akan seagung dan seindah cinta kita menjadi seperti api yang melebur batangan emas dan membuatnya menjadi lebih berharga.
Curahan hatiku kepadamu – apa maksud semua itu? Sebenarnya, aku tidak tahu apa yang kumaksudkan dengan semua ini. Akan tetapi, aku tahu bahwa kau adalah kekasihku dan bahwa aku memuja cinta. Kemiskinan dan kerja keras yang didampingi cinta jauh lebih baik daripada kekayaan tanpa cinta.
Cinta yang memiliki jemari yang sehalus sutera, tapi kuku-kukunya yang runcing meremas jantung dan membuat manusia menderita karena duka. Dan cinta adalah sekumpulan duka yang terangkum dalam pujian doa, membumbung ke angkasa bersama harum aroma dupa.
Patahnya cinta itu menyanyi, kesedihan pengetahuan itu berbicara, melankolis keinginan berbisik, dan derita kemiskinan menangis. Tetapi ada kesedihan yang lebih dalam dari cinta, lebih tinggi dari pengetahuan, lebih kuat dari keinginan, dan lebih pahit dari kemiskinan. Kesedihan seperti itu bisu tanpa suara; sedang matanya berkedip bagai bintang-bintang.
Karena himpitan benda membunuh manusia, pelan, tanpa derita, tapi cinta kasih membuatanya terjaga, dan pedih perih menghidupkan kepekaan jiwa.
Kasih, api cinta itu turun dari langit dalam berbagai bentuk dan rupa, namun perngaruh mereka di dunia adalah satu.
Kebisuan malam adalah utusan yang paling berjasa di antara dua hati, karena ia mengemban pesan cinta dan membawakan pujian dari hati kita. Sebagaiman Tuhan membuat jiwa-jiwa kita sebagai tawanan tubuh-tubuh kita.
Kita akan berjalan memasuki temaram, Mungkin saja akan bangun ke dalam tubuh dunia lainnya. Tetapi cinta kan tetap tinggal; dan bekas-jarinya tidak akan terhapuskan. Akan lebih baik buat kita, lebih bijaksana, untuk mencari sudut yang rindang dan tidur dalam kesucian bumi kita. Dan biarkan cinta manusia dan kelemahan, menguasai masa depan.
Cinta membuat jalan keras menjadi lunak and membalikkan kegelapan menjadi cahaya, serta kehormatan yang berada di hadapan jiwa. Menggalakkannya dari gairah dan keinginannya. Cinta diberikan Tuhan dalam hati. Kehormatan dicurahkan oleh hukum-hukum manusia menuju pikiran.
Tuhan telah menciptakan pada kalian jiwa bersayap untuk terbang mengarungi cakrawala cinta dan kebebasan. Betapa sedihnya memotong sayap itu dengan tanganmu sendiri dan menyiksa jiwamu seperti kutu yang merayap di atas bumi.
Cinta berlalu di hadapan kita, berbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejar, untuk berbuat jahat atas namanya.
Cinta adalah karunia Tuhan pada jiwa-jiwa yang peka dan agung. Haruskah kita campakkan dan biarkan babi-babi itu memporak-porandakan dan menginjak-injaknya. Dunia penuh keajaiban dan keindahan. Lalu mengapa kita hidup dalam terowongan sempit yang digali oleh pendeta itu untuk kita. Hidup penuh dengan kebahagiaan dan kebebasan, tapi mengapa kita tetap membiarkan belenggu di pundak kita dan kita patahkan rantai-rantai yang menjerat kaki-kaki kita, lalu berjalan dengan bebas menuju kedamaian.
Orang-orang yang oleh cinta tidak diberi sayap tidak akan bisa terbang di balik awan untuk melihat dunia magis, di mana jiwaku dan jiwa kekasihku hidup bersama-sama di satu kebahagiaan yang menyedihkan. Mereka yang tidak dipilih oleh cinta sebagai pengikutnya tidak akan mendengar ketika cinta memanggil-manggil.
Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta, biarkan cinta senantiasa, bagaikan air hidup, yang mengalir antara pantai kedua jiwa.
Ketika dua orang saling mencinta, mereka harus seperti bunga teratai masing-masing kelopaknya satu demi satu, menunjukkan hati emasnya tidak erat tertutup, agar membias di kolam, pohon-pohon, dan langit. Padahal terlalu banyak manusia yang hatinya tertutup.
Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia akan menyalibmu. Demi pertumbuhanmu, begitu pula demi pemangkasanmu. Sebagaimana dia membumbung, mengecup puncak-puncak ketinggianmu, membelai mesra ranting-ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari, demikian pula dia menghujam ke dasar akarmu, mengguncang-guncangnya dari ikatanmu dengan tanah.
Dengan cinta, laksana butir-butir gandum engkau diraihnya, ditumbuknya engkau sampai polos telanjang, diketamnya engkau agar bebas dari kulitmu, digosoknya hingga menjadi putih bersih, diremas-remasnya hingga menjadi bahan yang lemas dibentuk. Akhirnya diantarkan kepada api suci, laksana roti suci yang dipersembahkan pada pesta kudus Tuhan. Demikian pekerti Cinta atas diri manusia, supaya engkau pahami rahasia hati, dan kesadaran itu menjadikanmu segumpal hati Kehidupan.
Kuingatkan padamu, janganlah bertarung untuk berebut singasana cinta, karena cinta dan keindahan selalu akan tunduk dalam damai. Ingatlah ketika cinta memandang, ia adalah sebuah penyakit diantara daging dan tulang, dan hanya ketika masa muda telah lewat, rasa sakit akan memberinya kekayaan dan penderitaan membawa pengetahuan.
Apabila engkau mencintai, jangan berkata: “Tuhan ada di dalam hatiku.” Tetapi sebaiknya engkau merasa: “Aku berada di dalam Tuhan.” Dan juga jangan mengira, bahwa engkau dapat menentukan arah jalannya cinta, karena cinta apabila telah memilihmu, dia akan menentukan perjalanan hidupmu.
Jangan anggap cinta datang dari persahabatan yang lama dan hubungan akrab. Cinta adalah anak keturunan kecocokan jiwa. Dan jika kecocokan itu tak ada, cinta tak akan pernah tumbuh, dalam hitungan tahun. Bahkan generasi.
Karena cintalah dunia dipelihara, karena cinta setiap makhluk terus mempertahankan diri sendiri-sendiri, dan karena cinta mata yang utuh menjaga bagian-bagiannya… dia yang menyebut cinta dewi masyarakat manusia tidak salah, karena efek aneh dan kesan ajaib yang dihasilkan di kalangan manusia.
Mereka katakan jika orang memahami dirinya, dia memahami semua orang. Tetapi aku katakan padamu, apabila orang mencintai seseorang, dia belajar sesuatu mengenai dirinya sendiri.
Alangkah buasnya cinta yang menanam sekuntum bunga dan membongkar semua tanaman; Sebab ialah yang menyegarkan kita, apa yang akan membuat kita marah sepanjang zaman.
Cinta tiada berkeinginan selain mewujudkan maknanya. Namun jika engkau mencintai disertai berbagai keinginan, wujudkanlah dia jadi keinginanmu: Meluluhkan diri, mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan lagu persembahan malam, mengenali kepedihan kemesraan yang terlalu dalam, merasakan luka akibat perngetianmu sendiri tentang cinta, serta meneteskan darah suka rela serta suka cita, terjaga di fajar subuh dengan hati seringan awan.
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan mampu membuka pikirannya, dan merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.
Pada cinta pemahaman diperlukan…. Untuk mencintai berarti kita harus memahami sekalipun memahami dengan badan. Ketika misalnya saya melihat keindahan bunga – badan saya memahami keindahannya – tergambar ada padanya.
Jika kebaikan terkandung dalam cinta kepada apa yang agung, dan dalam kerinduan akan yang jauh dan tak terlihat – jika kebaikan adalah semua hal tersebut, maka akulah salah satu dari orang-orang yang memiliki kebaikan. Tapi jika itu terletak dalam hal-hal yang lain dari ini semua, maka aku tidak tahu siapa aku ini. Menurutku, kekasih, wanita yang sempurna harus menuntut hadirnya kebaikan dalam jiwa seorang pria, sekalipun ia bodoh.
Terkadang aku berkata pada hati, ”Jurang pemisah ini disebabkan oleh sesuatu yang tidak beres dalam diriu. Kalau yang salah itu dibereskan, aku akan amat dekat dengan semua orang dan mungkin akan mencintai mereka dengan cinta yang baru.”
Rasa cinta adalah hiburanku yang kala malam mendendangkan lagu-lagu kebahagiaan, membangunkanku di kala fajar, untuk mengungkap makna hidup. Cinta yang dianugerahkan oleh Tuhan, terbebas dari rasa dengki karena harta, tak pernah menyakiti raga karena ia ada dalam jiwa. Ia adalah sebuah pertalian kokoh yang memandikan jiwa dalam ketabahan, rasa lapar luar biasa, yang mengisi jiwa dengan karunia.
Cinta yang terbatas ingin memiliki yang dicintai, tapi cinta yang tak terbatas hanya terbatas menginginkan cinta itu sendiri, cinta yang tumbuh dalam perpaduan kenaifan dan gairah masa muda, memuaskan diri dengan memiliki dan tumbuh dengan pelukan. Tapi cinta yang dilahirkan bersama segala rahasia malam tak pernah puas dengan apa pun selain keabadian dan kelestarian dan ia hanya membungkuk dan patuh pada Tuhan.
Musuh berkata padaku, ”Cintailah musuhmu.” Dan aku mematuhinya serta mencitai dariku.
Semaikan benih dan bumi akan memberi kamu bunga. Mimpikan impianmu sampai ke langit dan ia akan memberimu yang kamu cintai.
Memperlihatkan cinta adalah suatu kepicikan dibanding sesuatu yang agung, yang tersembunyi di balik cinta.
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuataan itu tidak akan direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.
Cinta senantiasa malu terhadap kecantikan, namun kecantikan akan selalu diburu cinta. Dan pernahkah cinta menentang benci dengan kekuatan yang lebih hebat dari cinta itu sendiri?
Banyak hal yang kucintai, tetapi ternyata dibenci orang-orang. Sedangkan hal-hal yang kubenci, ternyata mereka cintai. Hal-hal yang kucintai saat masih kanak-kanak tetap kucintai sampai saat ini. Dan yang kucintai saat ini akan kucintai sampai akhir kehidupan nanti. Sebab menurutku cinta adalah segala yang dapat menghilangkannya dariku.
CINTA DALAM KETIADAAN
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku: semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku!
Aku sedih dan tersiksa karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingnya.
Titk air mata demi Dia adalah mutiara, meski orang menyangka sekedar air mata.
Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh: aku cuma berkisah.
Hatiku bilang teriksa oleh-Nya, dan kutertawakan seluruh dalihnya.
Perlakukanlah aku dengan benar, O Yang Maha Benar, O Engkaulah Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu!
Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu? Di manakah sang Kekasih, di manakah “kita” dan “aku”?
O Engkau, Jiwa yang bebas dari “kita” dan “aku”, O Engkaulah hakekat ruh lelaki dan wanita.
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkau-lah Yang Satu itu; ketika bagian-bagian musnah, Engkau-lah Kesatuan itu.
Engkau ciptakan ”aku” dan ”kita” supaya memainkan puji-pujian bersama diri-Mu,
Hingga seluruh ”aku” dan ”engkau” dapat menjadi satu jiwa serta akhirnya lebur dalam sang Kekasih.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi,
CINTA, SANG PENERANG
Tiada penyakit yang dapat menyamai dukacita hati ini.
Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat
Dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi.
Apakah dari jamur langit ataupun jamur bumi,
Cintalah yang membimbing kita ke Sana pada akhirnya.
Akal ’kan sia-sia bahkan menggelepar ’tuk menerangkan Cinta,
Bagai keledai dalam lumpur: Cinta adalah sang penerang Cinta itu sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan dirinya matahari?
Perhatikanlah ia! Seluruh bukit yang kau cari ada di sana.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi,
”KEPADA-MU AKU MENGHADAP”
O kau harta ruhku di kala pahitnya maut datang mencengkam!
Yang khayalan tak sanggup menduga, dan pengertian tak sampai menyaksikan,
Mengunjungi jiwaku dari-Mu; maka kepada-Mu aku menghadapkan doaku.
Dengan keagungan-Mu ke kehidupan abadi kutetapkan tatapan mesraku,
Kecuali, O Raja, bila kemegahan duniawi menyesatkanku.
Pertolongan dia yang membawa kabar gembira dari-Mu,
Meski tanpa panggilan-Mu, bagi telingaku lebih merdu daripada lagu-lagu.
Walau Karunia yang tak pernah berhenti 'kan menawarkan kerajaan,
Walau Harta benda yang Tersembunyi di hadapanku ’kan diletakkan,
Aku akan bersujud dengan seluruh jiwaku, 'kan kuletakkan wajahku pada debu
Aku akan berseru, "Dari semuanya ini, cinta dari yang Satu itulah yang kudambakan!"
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi,
Rabu, 25 Juli 2012
KISAH NABI SYU'AIB
Mihrab Nabi Syuaib |
Banyak
orang di zaman kita beranggapan bahwa agama hanya merupakan
program-program yang kosong dan nilai-nilai akhlak semata. Ini adalah
keyakinan klasik dan salah. Pada hakikatnya, agama adalah sistem dalam
kehidupan dan pergaulan. Intinya ialah hubungan dengan Allah SWT. Oleh
karena itu, usaha memisahkan antara problem-problem tauhid dan perilaku
manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari berarti memisahkan agama dari
kehidupan dan mengubahnya menjadi adat-istiadat, tradis-tradisi, dan
acara-acara ritual yang hampa. Kisah Nabi Syu'aib menampakkan hal yang
demikian secara jelas.
Allah SWT mengutus Syu'aib pada penduduk Madyan:
"Dan
kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka, Syu 'aib. Ia
berkata: 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu
selain Dia.'" (QS. Hud: 84)
Ini adalah dakwah
yang sama yang diserukan oleh setiap nabi. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara satu nabi dan nabi yang lain. Ia merupakan dasar akidah
dan tanpa dasar ini mustahil suatu bangunan akan berdiri. Setelah
peletakan bangunan tersebut, Syu'aib mulai menyuarakan dakwahnya:
"Dan
janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat
kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir
terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." (QS. Hud: 84)
Setelah
menjelaskan masalah tauhid secara langsung, Nabi Syu'aib berpindah pada
masalah muamalah sehari-hari yang berkenaan dengan kejujuran dan
keadilan. Adalah hal yang terkenal pada penduduk Madyan bahwa mereka
mengurangi timbangan dan mereka tidak memberikan hak-hak manusia. Ini
adalah suatu kehinaan yang menyentuh kesucian hati dan tangan
sebagaimana menyentuh kesempurnaan harga diri dan kemuliaan.
Para
penduduk Madyan beranggapan bahwa mengurangi tim bangan adalah salah
satu bentuk kelihaian dan kepandaian dalam jual-beli serta bentuk
kelicikan dalam mengambil dan membeli. Kemudian nabi mereka datang dan
mengingatkan bahwa hal tersebut merupakan hal yang hina dan termasuk
pencurian. Nabi Syu'aib memberitahukan kepada mereka bahwa beliau
khawatir jika mereka meneruskan perbuatan keji itu niscaya akan turun
kepada mereka azab di mana manusia tidak akan dapat menghindar dari
siksaan itu. Perhatikanlah bagaimana campur tangan Islam melalui Nabi
Syu'aib yang diutus kepada manusia di mana ia memperhatikan persoalan
jual-beli dan mengawasinya:
"Hai
kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah
kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan." (QS. Hud: 85)
Nabi
Syu'aib meneruskan misi dakwahnya. Beliau mengulang-ulangi nasihatnya
kepada mereka dengan cara yang baik dan mengajak ke jalan yang baik,
tidak ke jalan yang buruk; beliau menghimbau kepada mereka untuk
menegakkan timbangan dengan keadilan dan kebenaran dan mengingatkan
mereka agar jangan merampas hak-hak orang lain. Merampas hak-hak orang
lain itu tidak terbatas pada jual-beli saja, namun juga berhubungan
dengan perbuatan-perbuatan lainnya; beliau memerintahkan mereka untuk
menegakkan timbangan keadilan dan kejujuran. Demikianlah seruan dari
agama tauhid dan akidah tauhid di mana ia selalu menyuarakan kejujuran
dan keadilan.
Agama
selalu memerintahkan manusia untuk menjalin kerjasama sesama mereka
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang bijaksana dan baik,
baik menyangkut hubungan kerja, hubungan pribadi maupun hubungan
lainnya. Al-Qur'an al-Karim mengatakan: "Dan janganlah kamu merugikan
manusia terhadap hak-hak mereka. "Dan kata as-Syai' (sesuatu) dalam ayat
tersebut diucapkan kepada hal-hal yang bersifat materi dan yang
bersifat non-materi (rohani) di mana masuk dalam katagori itu
perbuatan-perbuatan dan hubungan-hubungan yang menghasilkan. Al-Qur'an
melarang segala bentuk kelaliman, baik kelaliman berkenaan dengan
menimbang buah-buahan atau sayur-sayuran maupun kela liman dalam bentuk
tidak memberikan penghargaan terhadap usaha manusia dan pekerjaan
mereka. Sebab, kelaliman terhadap manusia akan menciptakan suasana
ketidakharmonisan yang berakibat pada timbulnya penderitaan, sikap putus
asa, dan sikap tidak peduli, sehingga pada akhirnya hubungan sesama
manusia berjalan tidak harmonis dan menimbulkan kegoncangan dalam
kehidupan. Oleh katrena itu, Al-Qur'an mengingatkan agar jangan sampai
ada manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi:
"Dan
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
Sisa (keuntungan) dart Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu
orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorangpenjaga atas dirimu."
(QS. Hud: 85-86)
Yang
dimaksud al-'Atsu ialah sengaja membuat kerusakan dan bertujuan untuk
membuat kerusakan. Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi;
janganlah kalian sengaja untuk menciptakan keonaran di muka bumi. Apa
yang ada di sisi Allah SWT adalah hal yang terbaik buat kalian jika
kalian benar-benar ber iman. Kemudian Nabi Syu'aib memberitahu kepada
mereka bahwa ia tidak memiki sesuatu kepada mereka; ia tidak dapat
menguasai mereka tidak juga ia selalu mengawasi mereka. Beliau hanya
sekadar seorang rasul atau utusan untuk menyampaikan ajaran Tuhannya:
"Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu. " (QS. Hud: 86)
Dengan
cara yang demikian, Nabi Syu'aib menjelaskan kaumnya bahwa masalah yang
mereka hadapi saat ini sangat penting dan sangat serius, bahkan sangat
berat. Beliau memberitahu mereka akibat yang bakal mereka terima jika
mereka membuat kerusakan. Selesailah bagian pertama dari dialog Nabi
Syu'aib bersama kaumnya. Nabi Syu'aib telah mengawali pembicaraan dan
kaumnya mendengarkan. Kemudian beliau berhenti dari pembicaraannya dan
sekarang kaum membuka pembicaraan:
"Mereka
berkata: 'Hai Syu'aib, apakah agamamu yang menyuruh agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang hand
berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal " (QS. Hud: 87)
Para
penduduk Madyan yang kafir mereka biasa merampok dan menyembah
al-Aikah, yaitu pohon dari al-Aik yang dikelilingi oleh dahan-dahan yang
berputar di sekelilingnya. Mereka termasuk orang-orang yang menjalin
hubungan sesama manusia dengan cara-cara yang sangat keji. Mereka suka
mengurangi timbangan; mereka mengambil yang lebih darinya dan tidak
menghiraukan kekurangannya. Perhatikanlah semua itu dalam dialog mereka
bersama Syu'aib. Mereka berkata, "wahai Syu'aib apakah agamamu yang
memerintahkanmu...?" Seakan-akan agama ini mendorong Syu'aib dan
membisikinya serta memerintahnya sehingga ia menaati tanpa pertimbangan
dan pemikiran. Sungguh Syu'aib telah berubah dengan agamanya itu menjadi
alat yang bergerak dan alat yang tidak sadar. Demikianlah celaaan dan
tuduhan keji yang dialamatkan oleh kaum Nabi Syu'aib kepadanya. Agama
Syu'aib telah membuatnya gila dan membuatnya nekat untuk memerintahkan
mereka meninggalkan apa yang selama ini mereka sembah dan disembah oleh
kakek-kakek mereka. Kakek-kakek mereka telah menyembah tumbuh-tumbuhan
dan pohon-pohonan sementara agama Syu'aib memerintahkan mereka untuk
hanya menyembah Allah SWT. Kenekatan model apa dari Syu'aib ini?
Dengan
ejekan dan penghinaan ini, Nabi Syu'aib menghadapi dialog yang terjadi
dengan mereka. Kemudian mereka kembali bertanya-tanya dengan penuh
keheranan dan dengan nada mengejek: "Apakah agamamu yang menyuruh agar
kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami." Tidakkah
engkau sadar wahai Syu'aib bahwa agamamu ingin mencampuri keinginan kita
dan cara kita menggunakan harta kita? Apakah hubungan keimanan dan
salat dengan muamalah materi?
Dengan
pertanyaan ini, kaum Nabi Syu'aib mengira bahwa mereka mencapai suatu
tingkat kecerdasan. Mereka mengemukakan di hadapannya problem keimanan,
dan mereka mengingkari adanya keterkaitan antara perilaku manusia dan
muamalah mereka serta perekonomian mereka. Ini adalah masalah yang
klasik; ini adalah usaha untuk memisahkan antara ekonomi dan Islam di
mana setiap nabi justru di utus tntuknya meskipun nama-nama mereka
berbeda-beda; ini adalah masalah kuno yang diungkap oleh kaum Nabi
Syu'aib di mana mereka mengingkari bahwa agama turut campur dalam
kehidupan sehari-hari mereka, perekonomian mereka dan cara mereka
menggunakan harta mereka. Mereka menganggap bahwa menginfakkan harta
atau menggunakannya atau menghambur-hamburkannya adalah suatu yang tidak
berhubungan dengan agama. Hal itu menyangkut kebebasan pribadi manusia.
Bukankah itu hartanya yang khusus lalu mengapa agama turut campur di
dalamnya?
Demikianlah
pemahaman kaum Nabi Syu'aib kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Syu'aib.
Kami kira pemahaman demikian sedikit atau banyak tidak berbeda dengan
pemahaman banyak masyarakat di zaman kita sekarang mereka menganggap
bahwasannya Islam tidak memiliki kaitan dengan kehidupan pribadi manusia
dan kehidupan perekonomian mereka. Oleh karena itu, manusia dapat
menggunakan harta mereka sesuai dengan kemauan mere ka: "Sesungguhnya
kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal."
Mereka
ingin mengatakan kepada Nabi Syu'aib, seandainya engkau seorang yang
bijaksana dan memiliki pemikiran yang matang niscaya engkau tidak akan
mengatakan apa yang telah engkau katakan. Mereka kembali mengejek Nabi
Syu'aib dan merendahkan dakwahnya. Seandainya Anda bertanya kepada kaum
Nabi Syu'aib tentang pemahaman agama mereka maka mereka pasti
mengingkari bahwa agama adalah sebagai sistem dalam kehidupan yang
menjadikan hidup lebih mulia, lebih suci, lebih adil dan lebih pantas
manusia untuk menjabat sebagai khalifatullah di muka bumi; seandainya
Anda bertanya kepada mereka tentang agama niscaya mereka memberitahumu
bahwa ia hanya berupa kumpulan nilai-nilai rohani yang baik yang tidak
mewarnai kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman seperti ini, agama
hanya sekadar hiasan. Ini adalah pemahaman yang menggelikan karena Allah
SWT mengutus para nabi dan ajaran-ajaran yang mereka bawa bukan untuk
perhiasan dan main-mainan. Maha Suci Allah SWT dari semua itu. Allah SWT
mengutus para nabi-Nya dengan membawa sistem baru dalam kehidupan,
yaitu sistem yang mencakup nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran yang itu
semua tidak akan bermakna jika tidak berubah menjadi suatu sistem dalam
kehidupan secara umum dan mengatur kehidupan secara khusus. Dengan
pemahaman seperti inilah agama menjadi mulai dan agama menjadi benar
adanya. Dan dengan asumsi seperti ini, kita memahami seberapa jauh
campur tangan agama dalam persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari:
dimulai dari hubungan-hubungan cinta sampai undang-undang perkawinan,
bahkan cara mengambil keputusan hidup sampai sistem dalam menginfakkan
uang dan menggunakannya, juga sistem dalam cara menggunakan dan
mendistribusikan kekayaan dan sebagainya. Jika manusia memahami agama
seperti ini makajadilah agama sesuatu kebenaran. Dan kalau tidak, agama
laksana puing-puing saja.
Nabi
Syu'aib mengetahui bahwa kaumnya mengejeknya karena mereka menganggap
agama tidak turut campur dalam kehidupan sehari-hari. Namun, beliau
menghadapi semua itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang karena
beliau yakin apa yang beliau bawa adalah kebenaran. Beliau tidak peduli
dengan ejekan mereka dan tidak tersinggung dengannya dan tidak
mempersoalkan hal itu; beliau memberi pengertian kepada mereka bahwa
beliau berada di atas kebenaran dari Tuhannya; beliau adalah seorang
nabi yang mengetahui kebenaran; beliau tidak melarang mereka untuk
meninggalkan sesuatu yang di balik larangan itu mendatangkan keuntungan
pribadi buatnya; beliau tidak ingin menasihati mereka dalam kejujuran
agar pasar menjadi sepi dan karenanya beliau mengambil manfaat; beliau
hanya sekadar seorang nabi di mana dakwah setiap nabi tergambar dalam
ungkapan yang singkat:
"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. " (QS. Hud: 88)
Yang
beliau inginkan hanya al-Islah (usaha membuat perbaikan). Demikanlah
kandungan dan inti dakwah para nabi yang sebenarnya. Mereka adalah
al-Muslihun, yaitu orang-orang yang mem buat perbaikan; mereka
memperbaiki akal, memperbaiki hati dan memperbaiki kehidupan yang umum
dan kehidupan yang khusus:
"Syu'aib
berkata: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranku jika aku mempunyai bukti yang
nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik
(patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak
menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak
bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
(pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah bertawakal dan hanya
kepada-Nya-lah aku kembali.'" (QS. Hud: 88)
Setelah
Nabi Syu'aib menjelaskan tujuan-tujuannya kepada mereka dan
menyingkapkan kebenaran dakwahnya, beliau mulai mengotak-atik akal-akal
rnereka; beliau mengungkapkan kepada mereka bagaimana pergulatan
orang-orang sebelum mereka dengan para nabi sebelumnya, yaitu kaum Nabi
Nuh, kaum Nabi Hud, kaum Nabi Saleh, dan kaum Nabi Luth yang masa mereka
ddak jauh dengan masa Nabi Syu'aib. Beliau mulai berdialog dengan
mereka dan mengingatkan mereka bahwa sikap penentangan mereka justru
akan mendatangkan siksaan bagi mereka. Nabi Syu'aib mengingatkan mereka
bagaimana nasib orang-orang yang mendustakan kebenaran:
"Hai
kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu)
menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang
menimpah kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak
(pula) jauh (tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun dari Tuhanmu
kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang
lagi Maha Pengasih. " (QS. Hud: 89-90)
Usai
Nabi Syu'aib berdakwah kepada Allah SWT dan menjelaskan al-ishlah
(usaha memperbaiki masyarakat) dan mengingatkan mereka bahaya
penentangan serta menakut-nakuti mereka dengan menceritakan kembali
siksaan yang diterima orang-orang yang berbohong sebelum mereka.
Meskipun demikian, Nabi Syu'aib tetap membukakan pintu pengampunan dan
pintu taubat bagi mereka. Beliau menunjukkan kepada mereka kasih sayang
Tuhannya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Namun kaum Nabi Syu'aib
memilih azab. Kekerasan hati mereka dan keinginan mereka untuk
mendapatkan harta yang haram serta rasa puas dengan sistem yang mengatur
mereka, semua itu menyebabkan mereka menolak kebenaran:
"Mereka berkata: 'Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu.'" (QS. Hud: 91)
Kami tidak memahamimu. Engkau adalah seorang yang mengacau; engkau mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti:
"Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami." (QS. Hud: 91)
Beliau
dikatakan sebagai orang yang lemah karena orang-orang fakir dan
orang-orang yang rrienderita adalah orang-orang yang beriman padanya,
sedangkan orang-orang kaya dan para pembesar telah menentang mereka.
Demikianlah pertimbangan umumnya manuria yang tidak memiliki kekuatan
cukup untuk menghadapi kebenaran dakwah Nabi Syu'aib di mana beliau
dianggap sebagai orang yang lemah:
"Kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami akan merajammu."(QS. Hud: 91)
Seandainya
kalau bukan karena keluargamu dan kaummu dan orang-orang yang
mengikutimu niscaya kami akan menggali suatu lubang dan kami akan bunuh
kamu dilubang itu dengan cara melempari kamu dengan batu:
"Sedang kamu pun bukanlah seorangyang berwibawa di sisi kami." (QS. Hud: 92)
Kaum
Nabi Syu'aib berpindah dari cara mengejek pada cara menyerang. Nabi
Syu'aib telah menyampaikan bukti kepada mereka setelah mereka
mengejeknya, lalu mereka mengubah cara mereka berdialog. Mereka
memberitahunya bahwa mereka tidak memahami apa yang beliau katakan dan
mereka melihat bahwa Nabi Syu'aib sebagai orang yang lemah dan hina. Dan
seandainya kalau bukan karena mereka takut (kasihan) kepada keluarganya
niscaya mereka akan membunuhnya. Mereka menampakkan kebencian kepada
Nabi Syu'aib dan ingin sekali untuk membunuhnya kalau bukan karena
alasan-alasan yang berhubungan dengan keluarganya. Menghadapi ancaman
itu, Nabi Syu'aib tetap menunjukkan sikap lembutnya lalu beliau bertanya
kepada mereka dengan maksud untuk menggugah kesekian kalinya akal
mereka:
"Syu 'aib menjawab: 'Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah. " (QS. Hud: 92)
Apakah
cukup rasional jika mereka membayangkan hal tersebut? Mereka melupakan
hakikat kekuatan yang mengatur alam. Sesungguhnya hanya Allah SWT Yang
Maha Mulia dan Maha Kuat. Seharusnya mereka mengingat hal itu;
seharusnya seseorang tidak takut kepada apapun selain Allah SWT dan
tidak membandingkan kekuatan di alam wujud ini dengan kekuatan Allah
SWT. Hanya Allah SWT Yang Kuat dan hanya Dia yang mengatur
hamba-hamba-Nya.
Tampak bahwa kaum Nabi Syu'aib mulai kesal dan semakin kesal dengannya, lalu berkumpullah para pembesar kaumnya:
"Pemuka-pemuka
dari kaum Syu 'aib yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami
akan mengusir kamu hai Syu'aib dan dengan orang-orang yang beriman
bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami.'" (QS.
al-A'raf: 88)
Mereka
menggunakan tahap baru dengan cara mengancam Nabi Syu'aib; mereka
mengancamnya untuk membunuh dan mengusir dari desa mereka; mereka
memberi pilihan kepada Nabi Syu'aib antara terusir dan kembali kepada
agama mereka yang menyembah pohon-pohon dan benda-benda mati. Nabi
Syu'aib memberitahu kepada mereka bahwa masalah kembalinya ia ke agama
mereka adalah masalah yang tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang
disebutkan dalam perjanjian. Sungguh Allah SWT telah menyelamatkan
beliau dari agama mereka lalu bagaimana beliau kembali lagi padanya?
Beliau yang mengajak mereka pada agama tauhid lalu bagaimana beliau
mengajak mereka untuk kembali pada kesyirikan dan kekufuran? Beliau
mengajak mereka dengan cara yang lembut dan kasih sayang sementara
mereka mengancamnya dengan kekuatan.
Demikianlah
pertentangan antara Nabi Syu'aib dan kaumnya semakin berlanjut. Nabi
Syu'aib memegang amanat dakwah untuk menghadapi para pembesar, para
pendusta, dan para penguasa kaumnya. Akhirnya, Nabi Syu'aib mulai
mengetahui bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan karena mereka telah
berpaling dari Allah SWT:
"Sedang
Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya
pengetahuan Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. Dan (dia berkata):
'Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab
yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan).
Sesungguh nya aku pun menunggu bersama kamu." (QS. Hud: 92-93)
Nabi
Syu'aib berlepas diri dari mereka. Mereka telah berpaling dari agama
Allah SWT bahkan telah mendustakan nabi-Nya dan menuduhnya bahwa ia
tersihir dan seorang pembohong. Maka, setiap orang hendaklah melakukan
apa saja yang diinginkannya dan hendaklah mereka menunggu azab Allah
SWT. Kemudian pergulatan antara Nabi Syu'aib dan kaumnya berakhir adanya
fase baru. Mereka meminta kepada Nabi Syu'aib untuk mendatangkan azab
dari langit jika beliau termasuk orang-orang yang benar. Dengan nada
mencibir dan menantang, mereka berkata: "di mana azab itu, di mana
siksaan yang dijanjikan itu? Mengapa terlambat datang?"
Mereka
mengejek Nabi Syu'aib dan beliau dengan tenang menunggu datangnya azab
Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada beliau agar keluar bersama
orang-orang mukmin dari desa tersebut. Akhirnya, Nabi Syu'aib keluar
bersama para pengikutnya dan datanglah azab Allah SWT:
"Dan
takkala datang azab Kami. Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang
beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari kami, dan orang-orang
lalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka
mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam
di tempat itu. Ingatlah, kebinasaan bagi penduduk Madyan sebagaimana
kaum Tsamud telah binasa." (QS. Hud: 94-95)
Ia
adalah teriakan sekali saja satu suara yang datang kepada mereka dari
celah-celah awan yang menyelimuti. Mula-mula mereka barangkali
bergembira karena membayangkan itu akan membawa hujan tetapi mereka
dikagetkan ketika datang kepada mereka siksaan yang besar pada hari yang
besar.
Selesailah
masalah ini. Mereka menyadari bahwa teriakan itu membawa bencana buat
mereka; teriakan itu menghanguskan setiap makhluk yang ada di dalam
negeri itu. Mereka tidak mampu bergerak dan tidak mampu menyembunyikan
diri dan tidak pula mereka dapat menyelamatkan diri mereka.
KISAH NABI LUTH
Allah SWT berfirman:
"Kaum
Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata
kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)
Dengan
kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth berdakwah kepada
kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT
yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan
kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang
keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.
Kaum Sodom Gomora |
Kaum
Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh
penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman
serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka
ditambah dengan keja hatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi.
Mereka memadamkan potensi kemanusiaan mereka dan daya kreatifitas yang
ada dalam diri mereka. Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan
seseorang pun sebelum mereka di mana mereka berhubungan seks dengan
sesama kaum pria (homo seks).
Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu
mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi
wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat
perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)
Nabi Luth menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawaban dari kaumnya:
"Maka
tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta
keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa
mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang
tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahwa jiwa
kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri
mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum
pria cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada
wanita. Sungguh aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan
sebagai kejahatan yang harus disirnakan. Mereka orang-orang yang sakit
yang justru menolak obat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth
membuat had beliau bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara
terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang
asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka
mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah
tamu-tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum pria." Mulailah
perilaku mereka yang keji itu terkenal.
Nabi
Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth mengemukakan
argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun
berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang
mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya,
bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya. Istri Nabi Luth kafir
seperti istri Nabi Nuh:
"Allah
membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua
suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit
pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke
neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika
rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan
ketenangan, maka Nabi Luth tersiksa, baik di luar rumah maupun di
dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai penderitaan
yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun demi
tahun tetapi tak seorang pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai
mengejek ajarannya dan mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)
Ketika
terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia
berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-orang
yang membuat kerusakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi
Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai
pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh
dengan tanaman yang hijau.
Sementara
itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi tempat airnya
dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka.
Ia tampak keheranan melihat kaum pria yang memiliki ketampanan yang
mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu:
"Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu
ia mengingat kaum nya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku
memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia
meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku,
ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah
melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan nada gugup.
Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat.
Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat
mereka, beliau merasakan keheranan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini
adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana
mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru
memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan
mereka, kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau
berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum
mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri
ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan
niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli
dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.
Nabi
Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk
mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu mereka
bahwa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di
samping itu, mereka juga membuat kerusakan di muka bumi dan seringkali
terjadi pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut
dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di
desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan
penghormatan pada tamu. Nabi Luth berusaha dan mengisyaratkan kepada
mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya.
Namun tamu-tamu itu sangat mengherankan. Mereka tetap berjalan dalam
keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap bermalam
di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun
sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala penjuru
kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. Karena rasa
takutnya dan penderitaanya sehingga ia lupa untuk memberi mereka
makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga
tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota
yang melihat mereka. Namun istrinya melihat mereka sehingga ia keluar
menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian
tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth
menemuinya. Allah SWT berfirman:
"Dan
tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia
merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia
berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya
kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji." (QS. Hud: 77-78)
Mulailah
terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya.
Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang
memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk
mencari istrinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan
Nabi Luth.
Kaum
Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka
dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berpikir secara
sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat?
Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat
terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di
dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang
menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama
pria.
"Dia
berkata: 'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku) mereka lebih suci
bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan
(nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang
berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah
putri-putri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut?
Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat
wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk
kesucian jiwa dan fisik. Ketika kalian cen derung kepada mereka, maka
kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka
bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah jiwa
mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah
kepada Allah SWT dan ingatlah bahwa Allah SWT mendengar dan melihat
serta akan murka dan menyiksa orang-orang yang durhaka. Seharusnya orang
yang berakal sehat menghindari murka-Nya.
"Dan
janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini adalah
usaha gagal dari beliau yang mencoba menggugah kemuliaan dan tradisi
mereka sebagai orang badui yang harus menghormati tamu, bukan malah
menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"
Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai pikiran yang
sehat? Tidakkah di antar` kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa
yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan.
Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran.
Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian
memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." Kaumnya menunggu hingga
beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka tertawa
terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak mampu mengubah
pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan pikiran yang bodoh:
"Mereka
menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai
keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui
apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah
tampak dengan jelas bahwa kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan,
suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. Mereka tidak mengatakan
kepadanya apa yang mereka inginkan karena dunia mengetahuinya dan
selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang buruk pada perbuatan
yang buruk.
Nabi
Luth merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya.
Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia
berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu
rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth
tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth merasakan
keheranan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan
pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah
kayu-kayu pintu itu tampak rusak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak
dalam keadaan kesal:
"Luth
berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku
lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi
Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para
tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang
dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi
dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah
berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas
Nabi Luth. Ia berlindung pada benteng yang kokoh." Ketika penderitaan
mencapai puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang
laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba
bangkit. Mereka memberitahunya bahwa ia benar-benar akan terlindung di
bawah benteng yang kuat:
"Para
utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu
kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan
berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para malaikat,
dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah.
Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga
kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam
dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahwa mereka
memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya
(kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku
dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka
ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)
Para
malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan kepadanya untuk
membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka mendengar suara
yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung. Siksa apa ini?
Ini adalah siksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat memberitahunya
bahwa istrinya termasuk orang-orang yang menentangnya. Istrinya adalah
seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada mereka,
maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah
wahai Luth karena keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth
bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab kepada
mereka?" Para malaikat memberitahunya bahwa mereka akan terkena azab
pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah
dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan
janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali
istrimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena
sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh;
bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)
Nabi
Luth keluar bersama anak-anak perempuannya dan istrinya. Mereka keluar
di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah
Allah SWT:
"Maka
tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di
atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu,
dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim. " (QS. Hud:
82-83)
Para
ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota
mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat
mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril
membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi
kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-batu dari neraka Jahim.
Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka
Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya.
Tiada seorang pun di sana. Semua kota-kota hancur dan ditelan bumi
sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan
hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang
mengerikan. Istrinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu
Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth
itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari
orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu
suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yangpedih. " (QS.
adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan
sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui
(behas-bekas) mereka di waktu pagi, dan diwaktu malam. Maka apakah kamu
tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni
ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata:
"Bahwa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin
dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Dan di
dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini
mengisyaratkan bahwa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth
menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan bahwa
danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina
adalah kota-kota kaum Nabi Luth."
Tamatlah
riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi
Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau heran ketika
mendengar bahwa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth terus
melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah SWT seperti Nabi Ibrahim.
Mereka berdua tetap menyebarkan Islam di muka bumi.
KISAH NABI ISMAIL
Ismail
berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Allah SWT. Ibunya
membawanya dan menidurkannya di atas tanah, yaitu tempat yang sekarang
kita kenal dengan nama sumur zamzam dalam Ka'bah. Saat itu tempat yang
dihuninya sangat tandus dan belum terdapat sumur yang memancar dari
bawah kakinya. Tidak ada di sana setetes air pun. Nabi Ibrahim
meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang kecil. "Wahai Ibrahim
kemana engkau hendak pergi dan membiarkan kami di lembah yang kering
ini?" Kata Hajar. "Wahai Ibrahim di mana engkau akan pergi dan
membiarkan kami? Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi?" Si ibu
mengulang-ulang apa yang dikatakannya. Sedangkan Nabi Ibrahim diam dan
tidak menjawab. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana perasaan
Nabi Ibrahim saat meninggalkan mereka berdua di suatu lembah yang tidak
ada di alamnya tumbuh-tumbuhan dan minuman. Namun Allah SWT telah
memerintahkannya untuk tinggal di lembah itu. Dengan lapang dada Nabi
Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT.
Dalam kisah-kisah
israiliyat (kisah-kisah palsu yang dibuat oleh Bani Israil) disebutkan
bahwa istri pertamanya, Sarah, tampak cemburu pada Hajar, istri
keduanya, sehingga karenanya Nabi Ibrahim harus menjauhkannya beserta
anaknya. Kami percaya bahwa kisah ini palsu dan penuh dengan kebohongan.
Jika kita mengamati kepribadian Nabi Ibrahim, maka kita mengetahui
bahwa beliau tidak akan mendapat perintah dari seorang pun selain Allah
SWT.
Kami
tidak meyakini bahwa beliau terperangkap dalam perasaan kecemburuan
feminisme dan kami juga tidak percaya bahwa beliau sengaja membangkitkan
perasaan ini. Kami tidak mengira bahwa pribadi Sarah yang mulia akan
terpedaya dengan sikap egoisme. Bukankah ia sendiri yang menikahkan Nabi
Ibrahim dengan Hajar, pembantunya agar ia mendapatkan keturunan? Ia
menyadari bahwa dirinya wanita tua dan mandul. Ia sendiri yang
menikahkannya dan membantu pelaksanaannya. Ia telah memberikan dan
mengabdikan dirinya kepada seorang lelaki yang hatinya tiada dipenuhi
dengan cinta kepada siapa pun kecuali cinta kepada Penciptanya.
Allah SWT berfirman tentang Sarah dan Hajar:
"Rahmat
Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait!
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. (QS. Hud: 73)
Jadi,
masalahnya adalah bukan masalah kecemburuan antara sesama wanita, namun
ia adalah tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT yang di dalamnya
tersembunyi hikmah-Nya. Barangkali Sarah lebih heran daripada Hajar
ketika Nabi Ibrahim memerintahkannya untuk membawa anaknya Ismail dan
mengikutinya. "Ke mana engkau hai Ibrahim pergi?" Mungkin pertama-tama
Hajar yang bertanya kepadanya dan mungkin juga Sarah yang bertanya. Nabi
Ibrahim hanya terdiam dan akhirnya kedua wanita itu pun juga terdiam.
Di
sana terdapat hikmah yang tersembunyi di mana Nabi Ibrahim tidak
mengetahuinya dan Allah SWT tidak menjelaskan kepadanya. la tidak
mengetahui hai itu sebagaimana mereka berdua juga tidak mengetahuinya.
Jadi kedua-duanya hanya terdiam sebagai bentuk akhlak dari istri-istri
nabi. Inilah Hajar yang sendirian bersama anaknya di lembah yang
terasing dan tandus, di mana ia tidak mengetahui rahasia di balik tempat
itu. Inilah Ismail yang memulai perjalanannya menuju Allah SWT saat
masih menyusui. Ia mengalami ujian saat masih kecil dan juga ujian bagi
ayahnya, di mana ia mendapatkan seorang anak saat sudah tua. Nabi
Ibrahim menyadari bahwa manusia tidak memiliki sesuatu pun dalam
dirinya. Dan seseorang yang cinta kepada Allah SWT akan memberikan
dirinya kepada Allah SWT dan akan memberikan apa yang disukai oleh
dirinya kepada Allah SWT tanpa harus diminta. Itu adalah hukum cinta
yang dalam. Kami tidak percaya bahwa Nabi Ibrahim mengetahui mengapa ia
harus meninggalkan Ismail dan ibunya di tempat itu. Kami tidak mengira
bahwa Allah SWT telah memberitahunya. Allah SWT hanya menurunkan
perintah dan Ibrahim hanya menaatinya. Di sinilah tampak kerasnya ujian
dan kesulitannya. Di sinilah cinta yang paling dalam diungkapkan, dan di
sinilah cinta yang murni dituangkan.
Allah
SWT menguji kekasih-Nya Ibrahim dengan suatu ujian yang sangat keras,
di mana umumnya para orang tua berat sekali melakukannya. Bukan berarti
bahwa cinta Allah SWT kepada Ibrahim dan cinta Ibrahim kepada-Nya
menjadikan Ibrahim tidak memiliki perasaan kemanusiaan. Kekuatan
cintanya pada Allah SWT justru menjadikan sebagai lautan dari perasaan
kemanusiaan, bahkan lautan yang tidak bertepi. Perasaan beliau terhadap
Ismail lebih besar, lebih lembut, dan lebih sayang dari perasaan ayah
mana pun terhadap anaknya. Meskipun demikian, beliau rela
meninggalkannya di tempat yang tandus karena Allah SWT memerintahkan hal
tersebut. Terjadilah pergulatan dalam dirinya namun ia mampu melewati
ujiannya dan beliau memilih cinta Allah SWT daripada cinta anaknya.
Ketika
Nabi Ibrahim menampakkan kecintaan yang luar biasa dari yang seharusnya
kepada anaknya, maka Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelihnya.
Allah SWT agar hanya Dia yang menjadi pusat cinta para nabi-Nya.
Barangsiapa yang mencintai Allah SWT, maka ia pun harus mencintai
kebenaran dan orang yang mencintai kebenaran adalah orang memenuhi
hatinya dengan cinta kepada Penciptanya semata. Ismail mewarisi
kesabaran ayahnya. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT sebelumnya:
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" (QS. ash-Shaffat: 100)
Allah SWT menjawab:
"Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)
Kesabaran
yang sama yang terdapat pada ayahnya, kebaikan yang sama, ketakwaan
yang sama, dan adab kenabian yang sama pula. Ismail mendapatkan ujian
yang pertama saat beliau kecil dan ujian itu berakhir saat Allah SWT
memancarkan zamzam dari kedua kakinya sehingga darinya ibunya minum dan
menyusuinya. Kemudian Ismail mendapatkan ujian yang kedua dalam hidupnya
saat ia menginjak masa muda:
"Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia
menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu:
Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'"
(QS. ash-Shaffat: 102)
Apa
yang Anda kira terhadap jawaban si anak? Ia tidak bertanya tentang
sifat dari mimpi itu, dan ia tidak berdebat dengan ayahnya tentang
kebenaran mimpi itu, tetapi yang dikatakannya: "Wahai ayahku
laksanakanlah apa yang diperintahkan. "Janganlah engkau gelisah karena
aku dan janganlah engkau menampakkan kesedihan dan keluh-kesah. "Engkau
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Demikianlah jawaban
seorang anak yang saleh terha dap ayahnya yang saleh. Itulah puncak dari
kesabaran dari seorang anak dan tentu orang tuanya lebih harus
bersabar. Itu bagaikan perlombaan di antara keduanya untuk menguji siapa
di antara mereka yang paling sabar. Perlombaan yang tujuannya adalah
meraih cinta Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan
ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut)
di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya,
dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk
bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai
di sisi Tuhannya." (QS. Maryam: 54-55)
Baitullah
Ismail
hidup di semenanjung Arab sesuai dengan kehendak Al lah SWT. Ismail
memelihara kuda dan terhibur dengannya serta memanfaatkannya untuk
keperluannya. Sedangkan air zamzam sangat membantu orang-orang yang
tinggal di daerah itu. Kemudian sebagian kafilah menetap di situ dan
sebagian kabilah tinggal di tempat itu. Nabi Ismail tumbuh menjadi
dewasa dan menikah. Lalu ayahnya, Nabi Ibrahim, mengunjunginya dan tidak
menemukannya dalam rumah namun ia hanya mendapati istrinya. Nabi
Ibrahim bertanya kepadanya tentang kehidupan mereka dan keadaan mereka.
Istrinya mengadukan padanya tentang kesempitan hidup dan kesulitannya.
Nabi Ibrahim berkata padanya: "Jika datang suamimu, maka perintahkan
padanya untuk mengubah gerbang pintunya."
Ketika
Nabi Ismail datang, dan istrinya menceritakan padanya perihal
kedatangan seorang lelaki, Ismail berkata: "Itu adalah ayahku dan ia
memerintahkan aku untuk meninggalkanmu, maka kembalilah engkau pada
keluargamu." Kemudian Nabi Ismail menikahi wanita yang kedua. Nabi
Ibrahim mengunjungi istri keduanya dan bertanya kepadanya tentang
keadaannya. Lalu ia menceritakan pada nya bahwa mereka dalam keadaan
baik-baik dan dikaruniai nikmat. Nabi Ibrahim puas terhadap istri ini
dan memang ia cocok dengan anaknya. Barangkali Nabi Ibrahim menggunakan
kemampuan spiritualnya dan cahaya yang mampu menyingkap kegaiban yang
dimilikinya. Nabi Ibrahim menyiapkan Ismail untuk mengemban tugas yang
besar. Yaitu tugas yang membutuhkan kerja keras kemanusiaan seluruhnya
dan waktunya seluruhnya serta kenyamanannya seluruhnya.
Ismail
menjadi besar dan mencapai kekuatannya. Nabi Ibrahim mendatanginya.
Tibalah saat yang tepat untuk menjelaskan hikmah Allah SWT yang telah
terjadi darh perkara-perkara yang samar. Nabi Ibrahim berkata kepada
Ismail: "Wahai Ismail, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan padaku suatu
perintah" ketika datang perintah pada Nabi Ibrahim untuk
menyembelihnya, beliau menjelaskan kepadanya persoalan itu dengan
gamblang. Dan sekarang ia hendak mengemukakan perintah lain yang sama
agar ia mendapatkan keyakinan bahwa Ismail akan membantunya. Kita di
hadapan perintah yang lebih penting daripada penyembelihan. Perintah
yang tidak berkenaan dengan pribadi nabi tetapi berkenaan dengan
makhluk.
Ismail
berkata: "Laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu padamu." Nabi
Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan membantuku?" Ismail menjawab: "Ya,
aku akan membantumu." Nabi Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah SWT
memerintahkan aku untuk membangun rumah di sini." Nabi Ibrahim
mengisyaratkan dengan tangannya dan menunjuk suatu bukit yang tinggi di
sana.
Selesailah
pekerjaan itu. Perintah itu telah dilaksanakan dengan berdirinya
Baitullah yang suci. Itu adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk
menusia di bumi. Ia adalah rumah pertama yang di dalamnya manusia
menyembah Tuhannya. Dan karena Nabi Adam adalah manusia yang pertama
turun ke bumi, maka keutamaan pembangunannya kembali padanya. Para ulama
berkata: "Sesungguhnya Nabi Adam membangunnya dan ia melakukan thawaf
di sekelilingnya seperti para malaikat yang tawaf di sekitar arsy Allah
SWT.
Nabi Adam
membangun suatu kemah yang di dalamnya ia menyembah Allah SWT. Adalah
hal yang biasa bagi Nabi Adam— sebagai seorang Nabi—untuk membangun
sebuah rumah untuk menyembah Allah SWT. Tempat itu dipenuhi dengan
rahmat. Kemudian Nabi Adam meninggal dan berlalulah abad demi abad
sehingga rumah itu hilang dan tersembunyi tempatnya. Maka Nabi Ibrahim
mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membangun kedua kalinya agar
rumah itu tetap berdiri sampai hari kiamat ddngan izin Allah SWT. Nabi
Ibrahim mulai membangun Ka'bah. Ka'bah adalah sekumpulan batu yang tidak
membahayakan dan tidak memberikan manfaat. Ia tidak lebih dari sekadar
batu. Meskipun demikian, ia merupakan simbol tauhid Islam dan tempat
penyucian kepada Allah SWT. Nabi Adam memiliki tauhid yang tinggi dan
Islam yang mutlak. Nabi Ibrahim pun termasuk seorang Muslim yang tulus
dan ia bukan termasuk seorang musyrik.
Batu-batu
rumah itu telah dibangun dari ketenteraman hati Nabi Adam dan kedamaian
Nabi Ibrahim serta cintanya dan kesabaran Nabi Ismail serta
ketulusannya. Oleh karena itu, ketika Anda memasuki Masjidil Haram Anda
akan merasakan suatu gelombang kedamaian yang sangat dalam. Terkadang
pada kali yang pertama engkau melihat dirimu dan tidak melihat rumah dan
pemeliharanya. Dan barangkali engkau melihat rumah pada kali yang kedua
namun engkau tidak melihat dirimu dan Tuhanmu. Ketika engkau pergi ke
haji engkau tidak akan melihat dirimu dan rumah itu yang engkau lihat
hanya pemelihara rumah itu. Ini adalah haji yang hakiki. Inilah hikmah
yang pertama dari pembangunan Ka'bah.
Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami terimalah dari kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan
patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang
tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkau lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS.
al-Baqarah: 127-129)
Ka'bah
terdiri dari batu-batuan yang ada di bumi di mana ia dijadikan pondasi
oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Sejarah menceritakan bahwa ia pernah
dihancurkan lebih dari sekali sehingga ia pun beberapa kali dibangun
kembali. Ia tetap berdiri sejak masa Nabi Ibrahim sampai hari ini. Dan
ketika Rasulullah saw diutus —sebagai bukti pengkabulan doa Nabi
Ibrahim—beliau mendapad Ka'bah dibangun terakhir kalinya, dan tenaga
yang dicurahkan oleh orang-orang yang membangunnya sangat terbatas di
mana mereka tidak menggali dasarnya sebagaimana Nabi Ibrahim
menggalinya. Dari sini kita memahami bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
mencurahkan tenaga keras yang tidak dapat ditandingi oleh ribuan
laki-laki. Rasullah saw telah menegaskan bahwa kalau bukan karena
kedekatan kaum dengan masa jahiliyah dan kekhawatiran orang-orang akan
menuduhnya dengan berbagai tuduhan jika beliau menghancurkannya dan
membangunkannya kembali, niscaya beliau ingin merobohkannya dan
mengembalikannya ke pondasi Nabi Ibrahim.
Sungguh
kedua nabi yang mulia itu telah mencurahkan tenaga keras dalam
membangunnya. Mereka berdua menggali pondasi karena dalamnya tanah yang
di bumi. Mereka memecahkan batu-batuan dari gunung yang cukup jauh dan
dekat, lalu setelah itu memindahkannya dan meratakannya serta
membangunnya. Tentu hal itu memerlukan tenaga keras dari beberapa pria
tetapi mereka berdua membangunnya bersama-sama. Kita tidak mengetahui
berapa banyak waktu yang digunakan untuk membangun Ka'bah sebagaimana
kita tidak mengetahui waktu yang digunakan untuk membuat perahu Nabi
Nuh. Yang penting adalah, bahwa perahu Nabi Nuh dan Ka'bah sama-sama
sebagai tempat perlindungan manusia dan tempat yang membawa keamanan dan
kedamaian. Ka'bah adalah perahu Nabi Nuh yang tetap di atas bumi
selama-lamanya. Ia selalu menunggu orang-orang yang menginginkan
keselamatan dari kedahsyatan angin topan yang selalu mengancam setiap
saat.
Allah
SWT tidak menceritakan kepada kita tentang waktu pembangunan Ka'bah.
Allah SWT hanya menceritakan perkara yang lebih penting dan lebih
bermanfaat. Dia menceritakan tentang kesucian jiwa orang-orang yang
membangunnya dan doa mereka saat membangunnya:
"Tuhan
kami, terimalah dari hand (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS. al-Baqarah: 127)
Itulah
puncak keikhlasan orang-orang yang ikhlas, ketaatan orang-orang yang
taat, ketakutan orang-orang yang takut, dan kecintaan orang-orang yang
mencintai:
"Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) di antara cucu kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau." (QS. al-Baqarah: 128)
Sesungguhnya
kaum Muslim yang paling agung di muka bumi saat itu, mereka berdoa
kepada Allah SWT agar menjadikan mereka termasuk orang-orang yang
berserah diri pada-Nya. Mereka mengetahui bahwa hati manusia terletak
sangat dekat dengan ar-Rahman (Allah SWT). Mereka tidak akan mampu
menghindari tipu daya Allah SWT. Olah karena itu, mereka menampakkan
kemurnian ibadah hanya kepada Allah SWT, dan mereka membangun rumah
Allah SWT serta meminta pada-Nya agar menerima pekerjaan mereka.
Selanjutnya,
mereka meminta Islam (penyerahan diri) pada-Nya dan rahmat yang turun
pada mereka di mana mereka memohon kepada Allah SWT agar memberi mereka
keturunan dari umat Islam. Mereka ingin agar jumlah orang-orang yang
beribadah dan orang-orang yang sujud dan rukuk semakin banyak.
Sesungguhnya doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyingkap isi had seorang
mukmin. Mereka membangun rumah Allah SWT dan pada saat yang sama mereka
disibukkan dengan urusan akidah (keyakinan). Itu mengisyaratkan bahwa
rumah itu sebagai simbol dari akidah.
"Dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami,
dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 128)
Perlihatkanlah
kepada kami cara ibadah yang Engkau sukai. Perlihatkanlah kepada kami
bagaimana kami menyembah-Mu di bumi. Dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Setelah
itu, kepedulian mereka melampaui masa yang mereka hidup di dalamnya.
Mereka berdoa kepada Allah SWT:
"Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta
menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 129)
Akhirnya,
doa tersebut terkabul ketika Allah SWT mengutus Muhammad bin Abdillah
saw. Doa tersebut terwujud setelah melalui masa demi masa. Selesailah
pembangunan Ka'bah dan Nabi Ibrahim menginginkan batu yang istimewa yang
akan menjadi tanda khusus di mana tawaf di sekitar Ka'bah akan dimulai
darinya. Ismail telah mencurahkan tenaga di atas kemampuan manusia
biasa. Beliau bekerja dengan sangat antusias sebagai wujud ketaatan
terhadap perintah ayahnya. Ketika beliau kembali, Nabi Ibrahim telah
meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. "Siapakah yang mendatangkannya
(batu) padamu wahai ayahku?" Nabi Ibrahim berkata: "Jibril as yang
mendatangkannya." Selesailah pembangunan Ka'bah dan orang- orang yang
mengesakan Allah SWT serta orang-orang Muslim mulai bertawaf di
sekitarnya. Nabi Ibrahim berdiri dalam keadaan berdoa kepada Tuhannya
sama dengan doa yang dibacanya sebelumnya, yaitu agar Allah SWT
menjadikan had manusia cenderung pada tempat itu:
"Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. "(QS. Ibrahim: 37)
Karena
pengaruh doa tersebut, kaum Muslim merasakan kecintaan yang dalam untuk
mengunjungi Baitul Haram. Setiap orang yang mengunjungi Masjidil Haram
dan kembali ke negerinya ia akan merasakan kerinduan pada tempat itu.
Semakin jauh ia, semakin meningkat kerinduannya padanya. Kemudian,
datanglah musim haji pada setiap tahun, maka hati yang penuh dengan
cinta pada Baitullah akan segera melihatnya dan rasa hausnya terhadap
sumur zamzam akan segera terpuaskan. Dan yang lebih penting dari semua
itu adalah cinta yang dalam terhadap Tuhan, Baitullah dan sumur zamzam
yaitu, Tuhan alam semesta. Allah SWT berfirman berkenaan dengan
orang-orang yang mendebat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail:
"Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia
adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. " (QS.
Ali 'Imran: 67)
Allah
SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan beliau yang pertama kali menamakan
kita sebagai orang-orang Muslim. Allah SWT berfirman:
"Dan
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu
sekalian orang-orang Muslim dan dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)
Kisah Nabi Yahya as
Nabi
Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sadar dan mengetahui bahwa anggota-anggota
keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak
saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan
melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan
rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga
dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran
dan kemaksiatan. Ia khuatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka
tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya,
bahawa mereka akan makin rusak dan makin berani melakukan kejahatan dan
kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan
di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum agama.
Kekhuatiran
itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya
bahwa ia sejak kawin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan
belum mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk
menjadi penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra’il. Ia agak
terhibur dari rasa sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas
memelihara dan mengawasi Maryam yang dapat dianggap sebagai anak
kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya yang kuat
untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia menyaksikan
mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam
hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah.
Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri
tidak berdaya dan berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila
Dia kehendaki walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh
uban.
Pada
suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya
menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah seraya
bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan
suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya:
'Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. Kemudian
Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan
salat di mihrab (katanya): 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang
datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan
seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (QS. Ali 'Imran:
38-39)
Kelahiran Nabi Yahya as
Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: “Hai Zakaria Kami memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi.”
Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: “Hai Zakaria Kami memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi.”
Berkata
Zakaria: “Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan
isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut
usianya.”
Allah
menjawab dengan firman-Nya: “Demikian itu adalah suatu hal yang mudah
bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu
belum ada sama sekali?”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahwa isteri aku telah mengandung.” Allah berfirman: “Tandanya bagimu bahwa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat (bisu). Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari.”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahwa isteri aku telah mengandung.” Allah berfirman: “Tandanya bagimu bahwa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat (bisu). Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari.”
Kemudian
lahirlah Yahya. Kelahiran Yahya dipenuhi banyak mukjizat. Beliau lahir
pada saat ayahnya Zakaria berusia lanjut sehingga tampak seakan-akan ia
putus asa karena tidak akan mempunyai keturunan. Beliau lahir melalui
doa yang suci yang bersumber dari hati Nabi Zakaria yang suci dan tulus.
Nabi Yahya lahir di tengah-tengah masa yang dipenuhi dengan puncak
kesucian sebagaimana juga dihiasi dengan puncak kelaliman. Maryam adalah
simbol puncak kesucian di zamannya. Mihrabnya penuh dengan bau yang
harum yang memancarkan kalimat-kalimat salat yang terus menerus dan
zikir yang bersumber dari hati yang suci. Mesjid tampak dipenuhi dengan
gelombang orang-orang yang salat dan orang-orang mukmin yang berzikir.
Namun nun jauh di sana kelaliman tetap membunyikan genderangnya.
Yahya dilahirkan dan masa kecilnya tidak seperti lazimnya masa yang dilalui oleh anak-anak. Umumnya anak-anak saat itu bermain hal-hal yang tidak berguna, sedangkan Yahya tampak serius sejak beliau kecil. Anak-anak kecil saat itu merasa senang dan terhibur ketika mereka menyiksa binatang, sementara Yahya justru memberi makan bintang-binatang dan burung dari makanannya sebagai bentuk belas kasihan darinya, bahkan terkadang Yahya sendiri makan dari daun-daun pohon atau buahnya. Ketika beliau menginjak usia dewasa, maka cahaya wajahnya semakin bersinar dan hatinya penuh dengan hikmah dan cinta kepada Allah SWT serta kedamaian. Yahya adalah seseorang yang menyukai membaca sejak usia dini. Beliau rajin membaca dan menggali ilmu. Ketika beliau masih kecil, Allah SWT memanggilnya: "Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak."
Yahya mendapatkan perintah saat beliau masih kecil—untuk mengambil Kitab dengan kekuatan. Yakni, hendaklah ia belajar kitab dengan penuh ketelitian, Yaitu kitab syariat. Allah SWT memberinya kemampuan untuk mengetahui syariat dan memutuskan perkara manusia saat beliau masih kecil. Yahya adalah orang yang paling alim di zamannya dan paling banyak menerima hikmah. Beliau mempelajari syariat secara sempurna. Oleh karena itu, Allah SWT memberinya kekuasaan saat beliau masih kecil. Beliau mampu menyelesaikan persoalan di antara manusia dan menjelaskan mereka rahasia-rahasia agama, bahkan beliau mengenalkan merekajalan kebenaran dan mengingatkan mereka dari jalan kesalahan atau kebatilan. Kemudian Yahya semakin dewasa dan ilmunya makin bertambah serta kasih sayangnya pun makin meningkat, baik kepada kedua orang tuanya maupun kepada binatang. Kasih sayang Nabi Yahya meliputi segala sesuatu.
Beliau mengajak manusia untuk bertaubat dari dosa mereka; beliau memandikan mereka di sungai Jordania agar mereka menyucikan diri mereka dengan taubat; beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Di sana tidak terdapat seseorang yang ridak. suka kepada Yahya atau menginginkan keburukan baginya. Yahya adalah seseorang yang sangat dicintai oleh masyarakatnya karena ia memang seorang yang penyayang, seorang yang bertakwa, seorang yang alim, dan seorang yang berbudi mulia. Beliau keluar dan pergi ke gunung dan kebun bahkan gurun dan tinggal di dalamnya selama berbulan-bulan untuk menyembah Allah SWT dan menangis di hadapan-Nya serta salat. Beliau merasakan kedamaian di daratan, bahkan beliau tidak memperhatikan makanannya. Beliau makan dari daun-daun pohon dan minul dari air sungai. Bahkan beliau makan belalang dan juga rumput. Beliau tidur di gua mana pun yang ditemuinya di gunung dan lubang mana pun yang didapatinya di bumi.
Terkadang beliau masuk di suatu gua gunung lalu beliau menemukan binatang buas di dalamnya seperti serigala atau singa namun karena kesibukannya dan konsentrasinya saat berzikir kepada Allah SWT dan salat sehingga beliau tidak lagi memperhatikan serigala atau singa. Serigala dan singa itu melihat Nabi Yahya lalu mereka mengetahui bahwa ini adalah seorang Nabi Allah SWT yang sangat berbelas kasih kepada binatang, maka binatang-binatang buas itu menundukkan kepalanya dan meninggalkan tempat itu dengan tenang sehingga Nabi Yahya tidak mendengar suara mereka.
Pada kesempatan yang lain, Nabi Yahya memberi makan binatang-binatang buas dengan penuh kasih sayang. Bahkan beliau tidak makan di malam harinya karena makanannya diberikan kepada binatang-binatang itu. Beliau merasa puas saat menjadikan salat dan zikir sebagai makanan dari hatinya sebelum beliau memberi makanan pada tubuhnya. Beliau makan dari daun-daun pohon. Beliau bermalam atau bergadang dalam keadaan air matanya berlinangan saat berzikir kepada Allah SWT dan tenggelam dalam lautan cinta dan bersyukur kepada-Nya. Ketika Nabi Yahya berdiri di depan manusia untuk mengajak mereka menyembah Allah SWT, maka beliau mampu membuat mereka menangis karena cinta dan khusuk. Beliau mampu mempengaruhi hati mereka dengan kebenaran yang dibawanya dan beliau menampakkan bahwa beliau memang dekat dengan Allah SWT.
Pada suatu hari, Nabi Yahya keluar menemui manusia. Mesjid tampak ramai dipenuhi orang-orang. Nabi Yahya berdiri dan beliau mulai berbicara: "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang telah aku kerjakan dan aku telah memerintahkan kalian untuk juga mengerjakannya. Hendaklah kalian menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah SWT dan menyembah selain-Nya, maka ia seperti seorang budak yang dibeli oleh majikannya lalu ia bekerja dan memberikan tenaganya kepada tuan selain tuannya. Siapakah di antara kalian yang ingin memiliki budak seperti itu. Dan aku memerintahkan kalian untuk melaksanakan salat. Sesungguhnya Allah SWT melihat hamba-Nya saat ia salat. Oleh karena itu, jika kalian salat, maka hendaklah kalian berusaha untuk khusuk. Aku pun memerintahkan kalian untuk berpuasa, maka siapa yang melakukan demikian, maka ia seperti seseorang lelaki yang mempunyai bingkisan dari misik yang baunya harum. Setiap lelaki ini berjalan, maka akan terpancarlah bau harum misik darinya. Aku pun memerintahkan kalian agar banyak melakukan zikir kepada Allah SWT, maka orang seperti itu seperti seorang lelaki yang dicari-cari oleh musuhnya lalu ia segera berlindung dalam benteng yang kuat. Dan benteng yang paling kuat adalah zikrullah dan tiada keselamatan tanpa benteng itu."
Nabi Yahya mengakhiri nasihatnya lalu ia turun dari mimbar dan kembali ke gurun. Di gurun itu hanya terdapat pasir yang berterbangan dan tiada suara lain selain suara angin dan napas pohon serta suara kaki-kaki binatang buas dan gerakan batu-batu gunung. Di sanalah Yahya berdiri di tengah-tengah kesunyian ini. Beliau melaksanakan salat dan menangis.
Kemudian terjadilah pergulatan hebat antara Nabi Yahya dan pemerintah yang berkuasa. Salah seorang penguasa di zaman itu adalah seorang yang lalim dan sempit akalnya. Kerusakan tersebar di istananya. Ia mendengar berita tentang Yahya. Ia heran karena banyaknya manusia yang memberikan penghargaan dan penghormatan yang luar biasa kepada Yahya sedangkan ia sebagai seorang raja tidak mendapatkan penghormatan yang demikian besar.
Raja Herodus dan Istri Saudaranya
Raja tersebut ingin memperkosa istri saudaranya di mana ia mempunyai anak perempuan yang memiliki kecantikan yang terkenal. Dalam cerita disebutkan bahwa anak perempuan itu mampu melakukan tarian yang mengagumkan sambil memakai tujuh helai baju. Setiap ia menari, maka terlepaslah setiap baju yang dipakainya dan pada tarian yang terakhir, ia tampak dalam keadaan telanjang.
Raja bertanya kepada Yahya, apakah ia boleh menikahi istri saudaranya. Yahya menjawab, itu tidak diperbolehkan. Raja tetap berbicara kepada Yahya dan mendesak kepadanya agar membolehkannya menikah dengan wanita yang disukainya itu, dan hendaklah Yahya mencari solusi atau fatwa yang sangat memuaskannya. Namun Yahya menolak keras untuk memenuhi permintaan raja itu. Kemudian Yahya pun meninggalkannya. Akhirnya, raja tampak marah kepada Yahya dan memerintahkan agar Yahya dipenjara. Kemudian raja itu pun memperkosa istri saudaranya. Anak perempuan wanita itu yang suka menari telah melihat Yahya saat ia berbicara dengan raja. Anak perempuan itu sangat tertarik akan ketampanan Yahya dan keagungan kepribadiannya.
Ringkasnya, wanita yang ahli menari itu pun merasa jatuh cinta kepada Yahya. Ia pergi menemui Yahya di penjaranya dan ia melihat Yahya dalam keadaan duduk salat dan menangis. Wanita itu terus mengawasi Yahya saat beliau salat sampai selesai. Lalu ia meletakkan dirinya di bawah kaki Yahya dan memintanya agar mencintainya sebagaimana ia mencintai Yahya. Yahya menjawab bahwa di dalam hatinya tidak ada cinta lain selain cinta kepada Allah SWT. Wanita itu pun bangkit dari tempatnya dalam keadaan putus asa. Ia meninggalkan Yahya dalam keadaan hatinya dipenuhi kebencian padanya. Ia kembali ke istana raja.
Kematian Yahya as
Waktu Isya telah berakhir. Raja mulai meminum minuman kesukaannya, yaitu khamr. Wanita itu memberikan minum kepada raja. Saking banyaknya raja minum, sampai-sampai raja merasa bahwa kepalanya seperti balon besar dan ia sebentar lagi akan terbang. Di sanalah wanita penari itu segera memakai pakaian tarian dan kembali kepada raja. Raja melihatnya dan ia merasa kepalanya bertambah besar dan wanita itu mulai menari. Lalu dipukullah rebana dan berbagai alat musik sehingga wanita itu tampak menari dan menikmati tariannya. Pada tarian ketujuh ia berhenti lalu membuka wajahnya sambil berkata kepada raja: "Wahai tuanku, aku ingin bertanya sedikit kepadamu." Raja yang sedang mabuk itu berkata: "Segala sesuatu yang engkau inginkan akan kuberikan kepadamu sekarang juga." Wanita itu berkata: "Aku menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Mendengar perkataan itu, raja segera sadar dari mabuknya lalu ia merasakan ketakutan. Ia berkata kepadanya: "Mintalah kepadaku yang lain saja." Wanita itu berkata: "Aku menginginkan darah Yahya bin Zakaria." Wanita ini adalah simbol keburukan. Raja berkata sambil minum minuman keras yang keempat kalinya setelah empat puluh kali: "Bunuhlah Yahya!" Akhirnya, pemimpin pasukan raja mengeluarkan perintah kepada anak buahnya untuk menghabisi Yahya. Kemudian Yahya menemui ajalnya secara tragis dan meneguk madu syahadah.
Injil Mata pada pasal yang keempat belas menyebutkan suatu riwayat sebagai berikut:
"Hirdus telah menangkap Yuhana (Yahya as) lalu ia menjebloskan ke dalam penjara karena Hirduya istri dari saudaranya. Sebab Yuhana (Yahya as) berkata kepadanya, engkau tidak boleh mengambilnya sebagai istrimu. Ia ingin membunuh Yuhana (Yahya as) tetapi ia khawatir terhadap reaksi masyarakat karena mereka menganggapnya sebagai seorang Nabi. Ketika diadakan acara kelahiran Hirdus salah seorang perempuan anak dari Hirduya menari di tengah-tengah para hadirin sehingga Hirdus merasa kagum, karenanya kemudian ia bersumpah bahwa apa pun yang diminta penari itu akan diturutinya. Wanita itu berkata: "Berikanlah kepadaku kepala Yuhana." Sebetulnya raja itu keberatan tetapi ia sudah terlanjur bersumpah dan disaksikan orang-orang di sekitarnya, maka ia pun memerintahkan agar perrnintaan wanita itu dituruti. Kemudian kepala Yuhana dikirim dari penjara, dan diberikan kepada gadis itu, lalu gadis itu membawanya kepada ibunya."
Yahya dilahirkan dan masa kecilnya tidak seperti lazimnya masa yang dilalui oleh anak-anak. Umumnya anak-anak saat itu bermain hal-hal yang tidak berguna, sedangkan Yahya tampak serius sejak beliau kecil. Anak-anak kecil saat itu merasa senang dan terhibur ketika mereka menyiksa binatang, sementara Yahya justru memberi makan bintang-binatang dan burung dari makanannya sebagai bentuk belas kasihan darinya, bahkan terkadang Yahya sendiri makan dari daun-daun pohon atau buahnya. Ketika beliau menginjak usia dewasa, maka cahaya wajahnya semakin bersinar dan hatinya penuh dengan hikmah dan cinta kepada Allah SWT serta kedamaian. Yahya adalah seseorang yang menyukai membaca sejak usia dini. Beliau rajin membaca dan menggali ilmu. Ketika beliau masih kecil, Allah SWT memanggilnya: "Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak."
Yahya mendapatkan perintah saat beliau masih kecil—untuk mengambil Kitab dengan kekuatan. Yakni, hendaklah ia belajar kitab dengan penuh ketelitian, Yaitu kitab syariat. Allah SWT memberinya kemampuan untuk mengetahui syariat dan memutuskan perkara manusia saat beliau masih kecil. Yahya adalah orang yang paling alim di zamannya dan paling banyak menerima hikmah. Beliau mempelajari syariat secara sempurna. Oleh karena itu, Allah SWT memberinya kekuasaan saat beliau masih kecil. Beliau mampu menyelesaikan persoalan di antara manusia dan menjelaskan mereka rahasia-rahasia agama, bahkan beliau mengenalkan merekajalan kebenaran dan mengingatkan mereka dari jalan kesalahan atau kebatilan. Kemudian Yahya semakin dewasa dan ilmunya makin bertambah serta kasih sayangnya pun makin meningkat, baik kepada kedua orang tuanya maupun kepada binatang. Kasih sayang Nabi Yahya meliputi segala sesuatu.
Beliau mengajak manusia untuk bertaubat dari dosa mereka; beliau memandikan mereka di sungai Jordania agar mereka menyucikan diri mereka dengan taubat; beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Di sana tidak terdapat seseorang yang ridak. suka kepada Yahya atau menginginkan keburukan baginya. Yahya adalah seseorang yang sangat dicintai oleh masyarakatnya karena ia memang seorang yang penyayang, seorang yang bertakwa, seorang yang alim, dan seorang yang berbudi mulia. Beliau keluar dan pergi ke gunung dan kebun bahkan gurun dan tinggal di dalamnya selama berbulan-bulan untuk menyembah Allah SWT dan menangis di hadapan-Nya serta salat. Beliau merasakan kedamaian di daratan, bahkan beliau tidak memperhatikan makanannya. Beliau makan dari daun-daun pohon dan minul dari air sungai. Bahkan beliau makan belalang dan juga rumput. Beliau tidur di gua mana pun yang ditemuinya di gunung dan lubang mana pun yang didapatinya di bumi.
Terkadang beliau masuk di suatu gua gunung lalu beliau menemukan binatang buas di dalamnya seperti serigala atau singa namun karena kesibukannya dan konsentrasinya saat berzikir kepada Allah SWT dan salat sehingga beliau tidak lagi memperhatikan serigala atau singa. Serigala dan singa itu melihat Nabi Yahya lalu mereka mengetahui bahwa ini adalah seorang Nabi Allah SWT yang sangat berbelas kasih kepada binatang, maka binatang-binatang buas itu menundukkan kepalanya dan meninggalkan tempat itu dengan tenang sehingga Nabi Yahya tidak mendengar suara mereka.
Pada kesempatan yang lain, Nabi Yahya memberi makan binatang-binatang buas dengan penuh kasih sayang. Bahkan beliau tidak makan di malam harinya karena makanannya diberikan kepada binatang-binatang itu. Beliau merasa puas saat menjadikan salat dan zikir sebagai makanan dari hatinya sebelum beliau memberi makanan pada tubuhnya. Beliau makan dari daun-daun pohon. Beliau bermalam atau bergadang dalam keadaan air matanya berlinangan saat berzikir kepada Allah SWT dan tenggelam dalam lautan cinta dan bersyukur kepada-Nya. Ketika Nabi Yahya berdiri di depan manusia untuk mengajak mereka menyembah Allah SWT, maka beliau mampu membuat mereka menangis karena cinta dan khusuk. Beliau mampu mempengaruhi hati mereka dengan kebenaran yang dibawanya dan beliau menampakkan bahwa beliau memang dekat dengan Allah SWT.
Pada suatu hari, Nabi Yahya keluar menemui manusia. Mesjid tampak ramai dipenuhi orang-orang. Nabi Yahya berdiri dan beliau mulai berbicara: "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang telah aku kerjakan dan aku telah memerintahkan kalian untuk juga mengerjakannya. Hendaklah kalian menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah SWT dan menyembah selain-Nya, maka ia seperti seorang budak yang dibeli oleh majikannya lalu ia bekerja dan memberikan tenaganya kepada tuan selain tuannya. Siapakah di antara kalian yang ingin memiliki budak seperti itu. Dan aku memerintahkan kalian untuk melaksanakan salat. Sesungguhnya Allah SWT melihat hamba-Nya saat ia salat. Oleh karena itu, jika kalian salat, maka hendaklah kalian berusaha untuk khusuk. Aku pun memerintahkan kalian untuk berpuasa, maka siapa yang melakukan demikian, maka ia seperti seseorang lelaki yang mempunyai bingkisan dari misik yang baunya harum. Setiap lelaki ini berjalan, maka akan terpancarlah bau harum misik darinya. Aku pun memerintahkan kalian agar banyak melakukan zikir kepada Allah SWT, maka orang seperti itu seperti seorang lelaki yang dicari-cari oleh musuhnya lalu ia segera berlindung dalam benteng yang kuat. Dan benteng yang paling kuat adalah zikrullah dan tiada keselamatan tanpa benteng itu."
Nabi Yahya mengakhiri nasihatnya lalu ia turun dari mimbar dan kembali ke gurun. Di gurun itu hanya terdapat pasir yang berterbangan dan tiada suara lain selain suara angin dan napas pohon serta suara kaki-kaki binatang buas dan gerakan batu-batu gunung. Di sanalah Yahya berdiri di tengah-tengah kesunyian ini. Beliau melaksanakan salat dan menangis.
Kemudian terjadilah pergulatan hebat antara Nabi Yahya dan pemerintah yang berkuasa. Salah seorang penguasa di zaman itu adalah seorang yang lalim dan sempit akalnya. Kerusakan tersebar di istananya. Ia mendengar berita tentang Yahya. Ia heran karena banyaknya manusia yang memberikan penghargaan dan penghormatan yang luar biasa kepada Yahya sedangkan ia sebagai seorang raja tidak mendapatkan penghormatan yang demikian besar.
Raja Herodus dan Istri Saudaranya
Raja tersebut ingin memperkosa istri saudaranya di mana ia mempunyai anak perempuan yang memiliki kecantikan yang terkenal. Dalam cerita disebutkan bahwa anak perempuan itu mampu melakukan tarian yang mengagumkan sambil memakai tujuh helai baju. Setiap ia menari, maka terlepaslah setiap baju yang dipakainya dan pada tarian yang terakhir, ia tampak dalam keadaan telanjang.
Raja bertanya kepada Yahya, apakah ia boleh menikahi istri saudaranya. Yahya menjawab, itu tidak diperbolehkan. Raja tetap berbicara kepada Yahya dan mendesak kepadanya agar membolehkannya menikah dengan wanita yang disukainya itu, dan hendaklah Yahya mencari solusi atau fatwa yang sangat memuaskannya. Namun Yahya menolak keras untuk memenuhi permintaan raja itu. Kemudian Yahya pun meninggalkannya. Akhirnya, raja tampak marah kepada Yahya dan memerintahkan agar Yahya dipenjara. Kemudian raja itu pun memperkosa istri saudaranya. Anak perempuan wanita itu yang suka menari telah melihat Yahya saat ia berbicara dengan raja. Anak perempuan itu sangat tertarik akan ketampanan Yahya dan keagungan kepribadiannya.
Ringkasnya, wanita yang ahli menari itu pun merasa jatuh cinta kepada Yahya. Ia pergi menemui Yahya di penjaranya dan ia melihat Yahya dalam keadaan duduk salat dan menangis. Wanita itu terus mengawasi Yahya saat beliau salat sampai selesai. Lalu ia meletakkan dirinya di bawah kaki Yahya dan memintanya agar mencintainya sebagaimana ia mencintai Yahya. Yahya menjawab bahwa di dalam hatinya tidak ada cinta lain selain cinta kepada Allah SWT. Wanita itu pun bangkit dari tempatnya dalam keadaan putus asa. Ia meninggalkan Yahya dalam keadaan hatinya dipenuhi kebencian padanya. Ia kembali ke istana raja.
Kematian Yahya as
Waktu Isya telah berakhir. Raja mulai meminum minuman kesukaannya, yaitu khamr. Wanita itu memberikan minum kepada raja. Saking banyaknya raja minum, sampai-sampai raja merasa bahwa kepalanya seperti balon besar dan ia sebentar lagi akan terbang. Di sanalah wanita penari itu segera memakai pakaian tarian dan kembali kepada raja. Raja melihatnya dan ia merasa kepalanya bertambah besar dan wanita itu mulai menari. Lalu dipukullah rebana dan berbagai alat musik sehingga wanita itu tampak menari dan menikmati tariannya. Pada tarian ketujuh ia berhenti lalu membuka wajahnya sambil berkata kepada raja: "Wahai tuanku, aku ingin bertanya sedikit kepadamu." Raja yang sedang mabuk itu berkata: "Segala sesuatu yang engkau inginkan akan kuberikan kepadamu sekarang juga." Wanita itu berkata: "Aku menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Mendengar perkataan itu, raja segera sadar dari mabuknya lalu ia merasakan ketakutan. Ia berkata kepadanya: "Mintalah kepadaku yang lain saja." Wanita itu berkata: "Aku menginginkan darah Yahya bin Zakaria." Wanita ini adalah simbol keburukan. Raja berkata sambil minum minuman keras yang keempat kalinya setelah empat puluh kali: "Bunuhlah Yahya!" Akhirnya, pemimpin pasukan raja mengeluarkan perintah kepada anak buahnya untuk menghabisi Yahya. Kemudian Yahya menemui ajalnya secara tragis dan meneguk madu syahadah.
Injil Mata pada pasal yang keempat belas menyebutkan suatu riwayat sebagai berikut:
"Hirdus telah menangkap Yuhana (Yahya as) lalu ia menjebloskan ke dalam penjara karena Hirduya istri dari saudaranya. Sebab Yuhana (Yahya as) berkata kepadanya, engkau tidak boleh mengambilnya sebagai istrimu. Ia ingin membunuh Yuhana (Yahya as) tetapi ia khawatir terhadap reaksi masyarakat karena mereka menganggapnya sebagai seorang Nabi. Ketika diadakan acara kelahiran Hirdus salah seorang perempuan anak dari Hirduya menari di tengah-tengah para hadirin sehingga Hirdus merasa kagum, karenanya kemudian ia bersumpah bahwa apa pun yang diminta penari itu akan diturutinya. Wanita itu berkata: "Berikanlah kepadaku kepala Yuhana." Sebetulnya raja itu keberatan tetapi ia sudah terlanjur bersumpah dan disaksikan orang-orang di sekitarnya, maka ia pun memerintahkan agar perrnintaan wanita itu dituruti. Kemudian kepala Yuhana dikirim dari penjara, dan diberikan kepada gadis itu, lalu gadis itu membawanya kepada ibunya."
Langganan:
Postingan (Atom)