TEORI PEMBENTUKAN NUSANTARA
ANALISA SEJARAH KEKAISARAN MONGOL
JENGHIS KHAN, SANG PENAKLUK
created : Ejang Hadian Ridwan
Alkisah di daratan Asia bagian tengah, tepatnya di negeri Mongol,
terbentuklah suatu pusaran badai, semakin lama semakin besar, badai
besar itu mulai bergerak disekitarnya daratan itu, lalu secara serentak
bergerak menuju arah timur ke negeri daratan Cina, setelah itu berubah
arak dan mulai bergerak lagi menuju arah selatan daratan mongol, tidak
berhenti disitu pusaran badai dengan cepat menuju arah barat, menyapu
negeri-negeri kawasaan Asia bagian timur-tengah dan sebagian tanah-tanah
Eropa, lalu kembali lagi ke tempat asal mulanya, tapi badai besar itu
tidak hilang tetap berputar, suatu saat secara liar badai itu akan
bergerak kemana pun arah angin berhembus, bisa jadi melanda seluruh
negeri-negeri ke seantero jagat ini.
Sungguh teramat dasyat badai besar itu, bagaikan kiriman malaikat
maut, sungguh luar biasa kejam, mengerikan dan tiada ampun, menghepas
segala apa yang terlewatinya, lebih dasyat dari tumpahan air bah, karena
badai ini belum mau pergi kalau yang dilewatinya belum benar-benar
musnah dan binasa.
Akibat yang ditimbulkan badai itu teramatlah mengerikan, nyawa
manusia sudah tidak ada harganya sama sekali, jerit tangis anak manusia
tidaklah dihiraukan, banjir darah dimana-mana, organ tubuh manusia
berhamburan, kadang berupa potongan, terkoyak, atau terpisah, kepala
manusaia jarang yang bisa bersatu dengan badan. Kehancuran merata
disemua negeri, tidak peduli jerih payah puluhan tahun bahkan
berabad-abad lamanya dihempasakan tak berdaya, kobaran api menjalar dan
membumbung tinggi dimana-mana, merobohkan dan menghancurkan sekokoh
apapun bangunan dibuat, menimbulkan warna merah jingga menyala,
berseling warna abu-abu putih diangkasa, tanda keputusasaan dan duka
nestapa teramat dalam bagi siapa yang mengalami, melihat, dan merasakan.
Burung-burung bangkai berterbangan penuh suka cita. Mereka mencari,
mengintai, meliuk dan tinggal landas di arena kematian sederet dan
setumpuk jasad manusia, burung-burung inilah yang mengambil keuntungan
dari peristiwa dan kejadian itu. Tidak susah-susah lagi melakukan
pemburuan dramatis mangsa-mangsanya seperti biasa. Mereka berpesta pora,
menari-nari, mencabik-cabik dan melahap sisa-sisa jasad setiap manusia
yang masih tersisa dan tercecer, sungguh kejadian dan peristiwa yang
membuat bulu kuduk berdiri, memilukan, dan menyayat hati, tidak akan
penah terlupakan sampai kapan pun bahkan sampai akhir dari dunia ini,
akan tercatat dan tertulis dalam perjalanan kehidupan manusia
selanjutnya sebagai tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah
manusia dimuka bumi ini. Satu generasi peradaban manusia hilang dihempas
badai yang teramat kejam ini, susah dan perlu waktu lama lagi untuk
memulihkannya.
Badai besar dari darataan Mongol ini tiada lain adalah pasukan
besar tentara kekaisaran Mongol yang dipimpin oleh seorang panglima
besar sekaligus kaisar didaratan luas itu. Pasukan besar ini sudah
terlatih dengan sempurna, terpola dan tersetruktur dengan sangat rapi,
teruji dilingkungan kaum atau bangsanya sendiri dan terbentuk kokoh
serta tangguh karena tuntutan keadaan alam serta budaya yang ganas pada
masa itu, naluri perang dan membunuh sudah mendarah daging, tersatukan
dan terpadukan oleh suatu visi dan misi besar dari seorang anak manusia
yang dalam tataran biasa termasuk kedalam golongan orang-orang genius,
seiring perjalanan dan pengalaman hidup pribadinya yang sudah tertempa
sempurna oleh ganasnya alam, tradisi atau kebisaan turun menurun
hubungan atar manusia, kelompok kesukuan dan sosial budaya didaratan
teramat ganas, itulah yang pula yang membentuk karakter pribadi yang
kuat dan tangguh.
Nama gelaran panglima besar atau kaisar dari pasukan tentara mongol itu tiada lain yaitu Jenghis Khan (raja diraja) atau Sang Penakluk, yang terlahir dengan nama Temüjin, anak sulung Yesügei, pemimpin suku (klan) atau ketua suku Kiyad
(Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin
(Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama pemimpin suku musuh yang
ditewaskan ayahnya. Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис Хаан),
juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan,
Changaiz Khan, atau sesuai pelafalan dari bangsa-bangsa lain untuk
sebutan namanya, nama asalnya, Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (lahir sekitar 1162 masehi sampai kematianya tanggal 18 Agustus 1227 masehi) adalah khan (kaisar atau raja) Mongol sekaligus Panglima besar pasukan tentara perang yang menyatukan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa didaratan Mongolia yang kemudian mendirikan Imparium kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia (kesultanan Kwarizmi), sebagian Eropa dan diawali dengan penaklukan suku-suku bangsa Mongolia itu sendiri.
Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan
sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut.
Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah.
Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia
akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin,
Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar ditengah perjalanan tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi
pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar
di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak
kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan
alasan umur Temujin yang masih terlalu muda, tapi alasan sebenarnya
adalah dendam dimasa lalu . Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya
karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku
Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan
perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup
dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin
mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia
berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang
masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin
berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya,
yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha,
yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara
angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas
sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu.
Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan
dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku
dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah
ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering
mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat
Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil
menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya,
Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya,
yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan
dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya “Khan dari Segala-galanya” (raja diraja).
Jamukha sendiri tertangkap oleh pasukan Tumujin, tetapi tradisi dan
janji persaudaraan yang telah Temujin dan Jamukha buat semasa remaja
yaitu Tumujin mengangkat Jamuka sebagai “anda”(melebihi ikatan saudara
sendiri) yang membuat Tumujin tidak bisa mengambil hukuman mati untuk
Jamukha.
Tapi Jamukha seorang kesatria tentara Mongol yang pemberani, dia
meminta kepada Tumujin untuk menghukum mati dirinya dengan syarat tidak
setetes darah pun mengalir, karena keyakinan pada saat itu jika jasad
tidak mengalirkan darah maka sejatinya manusia itu spiritnya masih
hidup, pada dasarnya Jamukha memang mempunyai cita-cita dan ambisi yang
serupa dengan Tumujin tapi dengan prinsip dan cara yang berbeda, Temujin
sangat paham akan hal itu, dan karena peran andil dari Jamukha sehingga
terbentuklah Temujin yang seperti saat itu. Jamukha dihukum mati dengan
cara dicekik dan jasad Jamukha dimakamkan dengan upacara militer sesuai
tradisi militer tentara Mongol pada saat itu.
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara Cina
selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk
Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah
pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari
pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan
yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan
semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan.
Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis
Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara
berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta
jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut
ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para ilmuwan, seniman, ahli sastra, ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon), selain yang utama yaitu barang berharga, semuanya dibawa ke Mongol sebagai pekerja pembantu dengan alih-alih sebagai hasil dari rampasan perang bagi sang pemenang.
Dan itulah salah satu strategi perang Jenghis Khan dimana pun
peperangan itu terjadi, bagi para penguasa negeri-negeri yang
menyerahkan diri, bukan hanya wajib memberikan upeti tahunan tapi wajib
juga mengirim sejumlah pasukan yang ditentukan oleh Kekaisaran Mongol
kalau hal itu tidak disepakati berarti tandanya menyatakan perang dan
selanjutnya pasti dibumi hanguskan, tapi bagi mereka yang mengirimkan
pasukan, pasukan yang dikirim itu tadi harus berada digaris depan
peperangan dan dibawah kendali pasukan utama tentara Mongol. Kebijakan
itu selain mengindari ada pengumpulan kekuatan dari negeri-negeri
bawahan Kekaisaran Mongol untuk suatu saat menyerang balik.
Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke Kerajaan Khawarezmia yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah
diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas
oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Jenghis Khan mengirim utusan ke
Kesultanan Khwarizmi untuk meminta pertanggung jawaban atas perbuatan
panglimanya itu, tetapi yang didapat adalah cemoohan dan hinaan dari
kesombongan
Sang Sultan karena merasa bahwa kesultanan Khawarizmi adalah
kesultanan yang mempunyai wilayah paling luas dan pasukan militer yang
tidak terkalahkan saat itu. Jenghiskan sekali lagi mengirim utusan yang
misinya adalah berbeda dengan utusan yang pertama yaitu permintaan
mengakui Kekaisaran Mongol sekaligus harus tunduk. Jawabanya sudah pasti
dapat diperkirakan yaitu penolakan dengan tegas dan angkuh serta dengan
di iringi penghinaan luar bisa utusan Jenghis Khan yaitu dari ketiga
orang utusan 2 diantaranya dicor atau dimasukan ke dalam mata dan
mulutnya yaitu cairan logam panas lalu kedua orang itu diseret dengan
kuda dan digantung, sedangkan yang satu orang lagi dibiarkan hidup dan
dipotong telinganya sebagai pesan bagi Jenghis khan.
Kesombongan dan keangkuhan tanpa perhitungan Sang Sultan Khawarizmi
serta keserakahan panglimanya itu yang membawa bencana bagi bangsanya
sendiri. Pasukan gabungan Jenghis Khan melakukan long march dan menyerbu
ke kesultanan Khawizmi dan berhasil menawan dan menghukum mati panglima
tersebut dengan cara yang sama menuangkan logam panas ke matanya.
Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah
Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh.
Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, jutaan jiwa
melayang, perang ini lebih kearah pembantaian umat manusia, kota-kota
dihancurkan atau dibumi hanguskan karena dibakar termasuk didalamnya
bangunan-bangunan bersejarah dan perpustakan besar sejarah dan keilmuan,
benteng-benteng pertahanan dirobohkan dan wilayah Mongolia pun
bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.
Sebelumnya Jenghis Khan pernah menyatakan bahwa bukan dia yang
menyebabkan perang, tetapi Kesultanan Khawarizmi-lah yang memicu perang
itu terjadi sehingga terjadi pembantaian jutaan jiwa manusia melayang.
Tradisi dan kebijakan Jenghis Khan dalam kondisi perang adalah
perang harus dilakukan sampai paripurna, tuntas. Semua yang termasuk
pimpinan pasukan dan pemimpin tertinggi dari lawan perangnya harus
ditumpas habis, walaupun melarikan diri sampai sejauh mana, kasarannya
mau melarikan diri ke ujung dunia pun pasti dikejar sampai ada bukti si
pimpinan itu mati, itu juga yang terjadi kepada Sultan Khawarizmi, dia
melarikan diri tetapi tetap dikejar oleh pasukan Mongol sampai akhir
hayatnya meninggal karena penyakit tetapi pasukan Mongol tetap mencari
dan mengambil bukti dari jasadnya yang kemudian diberikan ke kaisar.
Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali
ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Rusia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh
putra-putra dan orang-orang kepercayaan Jenghis Khan. Sebagian
diantaranya dijadikan pemimpin bentukan dari wilayah-wilayah
negeri-negeri bawahan akibat dikalahkan perang sehingga bagai mana pun
luas dan banyaknya tetap bisa terkontrol oleh ke kaisaran Mongol, itulah
strategi Jenghis Khan dalam membentuk suatu imperium besar.
Jenghis Khan yang sudah lanjut usia tetap memaksakan diri untuk memimpin pasukan Mongol dalam rangka menghancurkan kekhalifahan Abbasiyah
untuk kesekian kalinya, akhirnya Jenghis Khan meninggal dalam
perjalanan karena terjatuh dari kuda saat melakukan tradisi berburu
disela-sela melakukan peperangan. Pemakaman dan tempat dimakamkannya
dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya untuk menjaga moral dan
keutuhan pasukan sampai pada saatnya musuh berhasil ditaklukan. Makam
Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh oleh pihak-pihak yang
akan melakukan balas dendam.
Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogadai Khan.
Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta
warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogadai Khan dalam
bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak
seperti kedua kakaknya yang sering berselisih satu sama lain). Itulah
sisi kepastian hukum dan keadilan yang dicontohkan Jenghis Khan, semua
jabatan baik itu pimpinan pasukan bahkan jabatan kaisarnya pun
didasarkan pada kepantasan dan kelayakan untuk memegang jabatanya itu,
sesuatu yang baru dalam dunia peradaban manusia dan dinasty kekaisaran
atau kerajaan yang tidak seperti lazimnya keadaan yang berlaku biasanxa.
Biasanya putera makhota dipilih dari usianya yang paling tua, tapi
tidak untuk Jenghis Khan. Yang memegang Jabatan kaisar monggol adalah
anaknya yang paling pantasa dan layak memegang jabatan itu, ini artinya
pemimpin besar seprti Jenghis Khan sudah memikirkan regenerasi bagi
penerusnya dan itulah memang tanda-tanda dari seorang pemimpin besar,
dicontohkan oleh Jenghis Khan Sang Penakluk.
Dalam sistem kenegaraan, Jenghis Khan memberlakukan hukum persamaan
hak bagi setiap warganya dan adalah perubahan dasar yang dilakukan
Jenghis Khan dari kebisaan kaumnya memperbudak manusia. Setiap orang
dihargai karena peran dan usahanya, makanya banyak pengikut awal dari
pasukan Mongol adalah mereka dari basis masyarakat biasa, dan para budak
yang dirubah setatusnya, walau pada awalnya mendapat tentangan dari
kaum bangsawan Mongol pada saat itu. Tapi Jenghis Khan tetap pada
kebenaran prinsipnya yang dia canangkan, dan para bangsawan pun harus
patuh, para bangsawan pun tidak luput dari hukuman mati seandainya
mereka melakukan kesalahan fatal dan atu terutama penghianatan.
Aturan dan hukum yang dibuat Jenghis Khan itu dilaksanakan dan
dilakukan secara pasti walaupun itu pada saat-saat tertentu berhadapan
dengan kepentingan pribadi atau keluarganya. Aturan atau hukum yang
diberlakukan pada masa-masa ke Kaisaran Mongol sedikit lebih ekstim
daripada yang biasanya, misal jika seseorang melakukan kesaksian yang
apabila dibuktikan bohong hukumannya adalah penggal kepala alias hukuman
mati sehingga ada cerita bahwa orang Mongol adalah orang-orang yang
paling tidak bisa untuk berbohong, mungkin karena terbisa dengan aturan
itu pada awal mulanya, banyak lagi aturan-aturan dan hukuman-hukuman
yang berakhir pada kematian untuk pelanggaran-pelanggaran hukum, ini
sesuatu yang tidak biasanya dalam aturan-aturan dan hukum-hukum
dibelahan dunia mana pun dimasa itu.
Salah satu contoh keadilan lainya adalah Jenghis Khan dalam hal
praktek pembagian hasil rampasan perang, Jenghis Khan hanya mengambil 10
% dari total yang didapat itupun masih sebahagian besar masuk kedalam
pendapatan kas kekaisaran, 90 % dibagikan kepada para pelaku peperangan
itu sesuai dengan jabatan dan peran aktifnya di setiap operasi milter
yang sedang dilangsungkan.
Itulah mengapa Jenghis Khan menjadi seorang pemimpin besar yang
dicintai dan diagung-agungkan bangsanya, bahwa Jenghis Khan membawa
perubahan yang sangat besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran bagi
bangsanya, dan pihak mana pun atau bangsa mana pun merasa aman jika
melakukan kegiatan katif baik itu dalam perdagangan atau investasi
karena dijamin kepastian hukumnya. Para pedagan dijalur sutra pada
masa-masa kekaisaran Mongol tambah ramai dan semakin diminati karena
mereka dijamin keamanannya selama mereka memberikan kontribusi aktif
bagi ke kaisaran.
Ogodei Khan,
anak ketiga yang menjadi Khan Agung, bukan hanya berhasil dalam
mempertahankan wilayah Mongolia yang telah dibangun oleh ayahnya, namun
ia berhasil memperluas kekuasaannya dengan menghancurkan kerajaan Jin
untuk terakhir kalinya, serta memerintahkan panglimanya untuk memperluas
kekuasaan di wilayah Eropa. Wilayah Russia, Polandia, serta Hungaria berhasil dikuasai oleh Mongolia. Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Henry dari Silesia tergabung dari pasukan Hungaria, Polandia, dan Jerman (Kekaisaran Suci Romawi)
yang terdiri dari pasukan Teutonik terbantai tak bersisa dalam perang
di Leignitz. Sejarah Eropa mencatat kekejaman dan teror besar yang
dilakukan oleh kerajaan Mongolia atas rakyat Eropa.
Pasukan Mongolia baru menghentikan perluasan wilayah mereka di
Eropa setelah mendengar kematian Ogodei Khan. Negara-negara Eropa
memilih untuk memberikan upeti kepada kerajaan Mongolia daripada
mengambil risiko untuk melawan Mongolia. Eropa bahkan memohon bantuan
Mongolia untuk menghancurkan Arab. Sebagian wilayahnya kemudian akan
menjadi Dinasti Yuan di bawah Kublai Khan, anak Tolui Khan.
Tolui Khan, anak termuda, mewarisi tanah Mongolia yang relatif kecil. Anaknya, Kublai Khan, akan mendirikan Dinasti Yuan.Chagatai Khan, anak kedua, diberi Asia Tengah dan Iran utara, mendirikan Kekhanan Chagatai. Batu Khan adalah anak Jochi Khan,
anak tertua Jenghis Khan yang telah mati sebelum kematian Jenghis Khan.
Warisan tanah yang sekiranya diwarisi oleh Jochi, yakni Rusia, diberikan oleh kedua anaknya, Batu Khan dan Orda Khan, yang keduanya, beserta 12 saudara mereka lainnya, mendirikan Ulus Jochi (Golden Horde)
Setelah kematian Ogodei Khan, Mongolia dikuasai oleh Batu Khan yang
memiliki visi lain dalam memperluas kerajaan Mongolia. Ia mengirimkan
pasukan untuk menguasai tanah Arab yang sebelumnya dikuasai oleh Eropa,
seperti Damaskus dan kota-kota lainnya. Pasukan Eropa mengirimkan bantuan pada saat mereka merebut kota Yerusalem. Pasukan Mongolia tercatat dalam sejarah memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Mesir. Setelah kematian Batu Khan, pasukan Mongolia menghentikan agresi militernya ke arah barat.
Mongolia pada saat kekuasaan Kubilai Khan berhasil memperluas wilayah sampai seluruh Cina, Korea, Burma, Vietnam, dan Kamboja. Pasukan Mongolia pernah melakukan agresi militer ke Jepang dan Jawa (Kerajaan Singasari), namun tidak berhasil.
Mongolia berjuang untuk membawa nama baik bangsanya dengan prinsip
yang telah diajarkan oleh pahlawan mereka, yaitu Jenghis Khan. Sejarah
dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang
kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination).
Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam,
Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara.
Kekuasaan Imparium Kekaisaran mongol mulai dari Jenghis Khan sampai
kaisar terakhir itu berlangung selama 150 tahunan, dimulai abad ke-12
sampai awal abad ke-14.
Jenghis Khan berhasil membentuk imparium kekaisaran Mongol tidaklah
terbentuk begitu saja atau karena sudah ada sebelumnya, ini murni dari
nol besar, dan ini adalah hasil usaha yang luar biasa, penuh dengan
kerja keras serta kebulatan tekad didasari oleh visi dan misi
kenegarawanan dan prinsip hidup yang kokoh serta konsisten.
Jenghis Khan berhasil membentuk pasukan besar yang hampir 100%
tidak terkalahkan oleh pasukan bangsa manapun karena menerapkan tingkat
disiplin militer yang tinggi, terlatih dan terdidik sempurna, organisasi
militer yang rapi, terisi dengan semangat juang berdasarkan ideologi
kebangsaan luar biasa, rekrutmen para panglima perang dibawahnya yang
mempunyai kualitas dan loyalitas yang unggul, serta kecerdasan strategi
yang diterapkan berdasarkan kajian ilmu dan pengalaman hidup yang luas
serta tehnologi perlengkapan perang yang terkini dan selalu dievaluasi
terus menerus, diperbaiki secara dinamis yang harus bisa mengatasi
berbagai keadaan dan situasi medan peperangan.
Dalam urusan kenegaraan Jenghis Khan menerapkan hukum pasti yang
tidak pandang bulu, dekat sekaligus dihormati yang menjurus ke kepatuhan
dan kesetiaan total yang menyeluruh dari rakyatnya karena pola hidup
yang sederhana dan keteladan dari semua aturan hukum yang
dikeluarkannya. Pakaian perang Jenghis khan sama dengan pakaikan umum
prajurit perang dibawahnya, selama hidupnya selalu tinggal di
tenda-tenda (yurt) seperti kebiasaan golongan bangsanya
sendiri, walau pun saat dia sudah diangkat dan menjabat sebagai kaisar
besar pemimpin sebuah imparium terbesar dunia mengalahkan imparium besar
dunia sebelumnya terlihat dari luas wilayah yang berhasil dikuasainya.
Kekebatan dan keperkasaan pasukan besar tentara Mongol laksana
badai besar yang bisa menyapu segalanya, inilah yang menyebabkan rasa
was-was, miris, dan menjadi momok ketakutan luar biasa bagi
bangsa-bangsa lain yang belum disentuh diseantero jagat ini, dan berita
tentang pergerakan pasukan Mongol sangat cepat menjalar menembus segala
lapisan bangsa, didaratan yang sama maupun seberang lautan.
Banyak bangsa-bangsa yang sudah pasrah tetapi tidak sedikit pula
diantara mereka yang mencoba mempersiapkan diri dengan berbagai cara dan
ide yang muncul untuk menghadapi keadaan ini sebagai rekasi dari
keberadaan pasukan Mongol yang suatu saat mereka akan berhadapan
langsung di medan perang.
Maka lahirlah ide-ide dan usaha-usaha besar untuk mempersatukuan
dari bangsa-bangsa yang kecil menjadi sebuah bangsa besar dan bersiap
diri mengantisifasi kondisi yang akan datang. Salah satunya adalah di
Asia bagian tenggara dengan kemunculan “nusantara” yang disatukan oleh
kerjaan besar Majapahit antara abad ke-13 dan ke-14.
Ada 3 kerjaan besar pada waktu itu di nusantara yaitu Kerjaan
Melayu (Wangsa Mauli), Kerajaan Sunda Galuh dan Kerajaan Kediri,
Kerajaan Kediri termasuk yang paling lemah karena sering terjadi perang
saudara antara Kediri dengan Jenggala. Sedang Kerajaan Melayu dalam masa
peralaihan dan pemulihan dari Kerajaan Sriwijaya yang melemah akibat
dijajah oleh kerajaan Chola dari India dan Kerajaan Sunda Galuh sudah
ratusan tahun lamanya menjadi negeri yang damai, makmur dan kaya.
Raja-raja kerajaan Majapahit adalah keturunan wangsa Rajasa yang
dimulai oleh raja pertama dengan gelar Sri Rajasa Awurmabhumi atau dalam
kitab pararaton dikasih nama figuran untuk nama aslinya yaitu Ken Arok,
yang marak diingatan masyarakat tapi nama itu sama sekali tidak bisa
dikuatkan dengan bukti-bukti sejarah lainya, sama halnya dengan yang
lain seperti nama untuk Ken Dedes, Tunggul Ametung, Mpu Gandring dan
lain-lain yang tidak ada padanan nama pada bukti-bukti sejarah yang
pernah diketemukan.
Munculah Wangsa Rajasa ditanah Jawa bagian timur, dinasti kekuasan
baru, selain dinasti-dinasti kekuasan terdahulu, dimulai dari Sri Rajasa
Sang Amurwabhumi (Ken Arok-versi Kitab Pararaton) sampai anak
keturunannya Hayam Wuruk yang didampingi Gajah Mada adalah reaksi dan
duplikatisasi dari keberhasilan imperium Mongol, tentunya memakai
cara-cara Jenghis Khan, sebagai sebuah model yang bisa
dipertanggungjawabkan nyata untuk keberhasilnya.
Bukti-bukti sejarah memberikan fakta bahwa pada tahun yang sama
1227 M saat meninggalnya Sri Rajasa, itu sama dengan tahun kematian dari
Jenghis Khan, artinya bahwa masa muncul dan berkembangnya Imperium
Mongol sama dengan berkuasanya Wangsa Rajasa sebangai cikal bakal
lahirnya kerajaan besar Majapahit. Sri Rajasa merebut kekuasaan Kediri
yaitu tahun 1222 Masehi, ini tentunya terinspirasi oleh keberhasilan
Jenghis Khan.
Keganasan invasi tentara Mongol menjadi issu yang paling hangat dan
paling heboh serta menakutkan pada masa itu, dan issu seperti ini wajar
dan pasti menjadi berita yang paling sangat cepat menyebar dan sampai
ke negeri-negeri Asia bagian tenggara (kerajaan-kerajaan di nusantara).
Keberadaan pasukan tentara Mongol merupakan teror menakutkan bagi
bangsa-bangsa lain. Kegiatan perdagangan manca negara sudah berlangsung
sebelumnya arinya segala informasi dunia luar sudah masuk ke tataran
tanah Jawa, keberadaan kerajaan Tumapel sudah menjadi catatan bagi para
pelancong dar Cina dinasti Yuan dengan sebutan mereka yaitu Tu-ma-pen.
Melihat kondisi ini dan issu yang menyebar serta pengetahuan
tentang seluk beluk bahkan kehidupan pribadinya bahkan metoda atau cara
seperti apa Genghis Khan mempersatukan daratan Mongol, maka munculah Sri
Rajasa sebagai pelopor pemersatu Kediri, dengan cara melakukan kudeta
yang berhasil dan nama kerajaan diubah menjadi Singhasari (versi kitab
pararaton, nama resmi tetap Kerajaan Tumapel).
PETA KERAJAAN TUMAPEL (SINGHASARI)
(masa kepemerintahan Sri Rajasa)
Sumber : http://e-dukasi.net/
Dalam prakteknya dari perintisan karir, Sri Rajasa menerapkan
sistem dan pola yang dipakai Genghis khan karena pola ketatanegaraan dan
militer yang sudah teruji berhasil, ide kedepanya sama untuk
mempersatukan nusantara, tapi dalam perjalannya Sri Rajasa berumur
pendek, dengan kematian yang belum ada penjelasan sejarahnya, yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenaran sejarahnya. dan ketiga anaknya pun
berumur pendek termasuk 1 cucunya, asumsinya adalah mungkin selepas
penguasaan terhadap Kediri, masih terjadi pergolakan politik panjang dan
merekalah bagian dari sekian korbannya. dan berakhir pada jaman raja
Kertanegara dengan lama kekuasaan sekitar 50 tahun.
PETA WILAYAH KEKUASAAN SINGHASARI
(masa kekuasaan Sri Kertanegara)
Sumber : http://www. mbahrogo.wordpress.com
Kertanegara, Raja Singhasari selanjutnya mencoba meneruskan
cita-cita kakek buyutnya Sri Rajasa dan berhasil meluaskan wilayah
kekuasanya. Kertanegara dalam penghujung kekuasanya dihianati oleh salah
seorang keluarganya, dan berlanjutlah masa kekuasaan Wangsa Rajasa
dengan munculnya komplik intern dalam negeri, sampai muncul Gajah Mada
sebagai pendamping Hayam Wuruk (raja muda kerajaan Majapahit), Hayam
Wuruk nama yang diberikan dalam kitab Pararaton untuk tokoh sekaligus
raja Majapahit Sri Rajasanegara. Pada masa Kertanegara inilah terjadi
penolakan dan pengusiran utusan Mongol, yang artinya itu sikap sedia
menyatakan dan menantang perang pasukan tentara kekasiaran Mongol yang
termasyur itu.
PETA WILAYAH KEKUASAAN MAJAPAHIT
(masa kekuasaan Sri Rajasanegara-Hayam Wuruk)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Majapahit-map.jpg
Visi kenegaraan yang bercita-cita melanjutkan persatuan seluruh
nusantara dari Sri Rajasa inilah yg mereka teruskan, Selain Kertanegara
yang sudah melakukan ekspansi sebelumnya, kerajaan Majapahit pun sebagai
kerajaan terakhir dengan rajanya Hayam Wuruk didampingi tokoh kerajaan
yang mumpuni Sang Mahapatih Gajah Mada. Wangsa Rajasa yang mencapai
kesuksesan gemilang dengan catatan sejarah bahwa nusantara bisa
dipersatukan seutuhnya.
Mungkin diantara berbagai pihak sudah pernah mecoba mencari tahu
tentang dimana dan kapan Mahapatih Gajah Mada wafat dan dimana
kuburannya, walaupun banyak yang mengaku-ngaku bahwa Mahapatih Gajah
mana meninggal ditempat inilah, itulah, atau bahkan ada yang berfantasi
bahwa beliau moksa (hilang, tilam), tapi kalau diperhatiakan seksama
dari sejarah Jenghis Khan, ada satu kesamaan diantara meraka yaitu
kuburan meraka tidak pernah teridentifikasi oleh siapapun sampai
sekarang.
Inilah kesimpulan yang coba ingin disampaikan bahwa apa yang
dilakukan Mahapatih Gajah Mada dengan segala karya besarnya dalam
mempersatukan nusantara, dan diakui atau tidaknya bahwa pemerintahan
atau pendiri bangsa dan negara Indonesia jaman dulu mengklaim wilayah
Indonesia sekarang adalah atas dasar daerah teritorial yang pernah
ditaklukan oleh kerajaan besar Majapahit, walaupun tidak berhasil
seluruhnya, karena menurut data penaklukan yang dimiliki kerajaan
Majapahit jauh lebih luas dari wilayah Indonesia sekarang.
Peta perkembangan wilayah kekuasaan yang diawali kerajaan Tumapel
(Singhasari awal) pada masa Sr Rajasa Sang Amurwabhumi kemudian peta
wilayah kekuasaan kerajaan Tumapel (Singhasari akhir) pada masa Sri
Kertanegara) dan peta kekuasaan wilayah kerajaan Majapahit pada masa Sri
Rajasanegara (Hayam Wuruk), terlihat sebagai pola perkembangan dari ide
pemersatuan nusantara yang terus berkelanjutan. Inilah bukti bahwa
Wangsa Rajasa mulai dari raja pertama sampai pada masa kekuasaan
Majapahit debagai penerusnya mempunyai grand design yang sama dalam
mewujudkan nusantara bersatu.
Terakhir, bahwa ide pemersatuan nusantara lahir karena tepat pada
situasi global negara-negara di dunia atas haegemoni kekuasaan dan
invasi dari Imperium Besar Kekaisaran Mongol pada waktu itu. Secara
hukum alam suatu kekuatan besar harus dilawan dengan kekuatan seimbang.
Makanya lahirlah ide-ide pemersatu pada waktu itu, alhasil terbentuklah
nusantara yang dikenal sekarang.
Wilayah nusantara mempunyai keuntungan tersendiri karena merupakan
wilayah kepulauan, perlu perlengkapan maritim untuk menaklukanya,
berbeda dengan wilayah Asia daratan seperti halnya cina dan Asia barat
(timur tengah) yang merupakan daratan luas. Daerah-daerah kepulauan
mempunyai sistem pertahanan pantai yang pasti merepotkan, termasuk
pasukan besar Mongol akan mengalami kesulitan sendiri dalam
menghadapinya karena mereka tidak terbiasa dengan sistem peperangan
dilauatan dan pinggir pantai.
Nusantara yang dipersatukan oleh kerajaan Majapahit merupakan lawan
sepadan bagi pasukan besar Mongolnya, karena pada masa itu hanya
nusantaralah yang mampu mengimbanginya. Kekeuatan terbesar didunia
setelah imperium kekuasaan kekaisaran Mongol.
Gajah Mada sudah barang tentu mengimplementasikan pengetahuan
tentang cara-cara atau metode-metode dari seorang manusia unggul Sang
Jenghis Khan dalam menjalankan ide-ide pemersatuan itu. Dalam memahami
apa yang dilakuan Gajah Mada sehingga berhasil, tentunya harus terlebih
dahulu menggali pengetahuan dari sumber model yang diterapkan Gajah
Mada, yaitu sejarah tentang bagai mana riwayat hidup Jenghis Khan itu
sendiri.
Catatan, wacana masyarakat tentang ide pemersatu nusantara berawal
dari ikrar atau sumpah Gajah Mada yang terkenal dengan sebutan Sumpah
Palapa harus dikaji ulang. Karena sumpah itu hanya disampaikan dari satu
sumber yaitu kitab Pararaton yang keabsyahannya masih diragukan.
Majapahit sebagai kerajaan besar ketika memutuskan invasi terhadap
wilayah kerajaan lain, atau memutuskan untuk melalui berperang haruslah
keputusan semua perangkat kerajaan mulai dari raja, para bangsawan dan
harus mendapat persetujuan dan dukungan penuh dari masyarakat, bukan
hanya disandarkan pada keputusan satu orang yang bernama Gajah Mada.
Pada akhirnya Gajah Mada menjadi pimpinan operasi militer, itu masalah
lain yaitu mengenai sistem organisasi satu komando dalam operasi militer
dan Gajah Mada memenuhi syarat-syarat itu.
Wassalam
penulis
Referensi :
1. wikipedia online
2. Genghis Khan, Sang Penakluk, Sam Djang
3. Genghis Khan, Badai Tengah Padang, Sam Djang
4. Gajah Mada Seri I,II,III,IV, Langit Kresna Heriadi
2. Genghis Khan, Sang Penakluk, Sam Djang
3. Genghis Khan, Badai Tengah Padang, Sam Djang
4. Gajah Mada Seri I,II,III,IV, Langit Kresna Heriadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar