Rabu, 30 Mei 2012

MENGUAK TABIR SEJARAH NUSANTARA

 TEORI PEMBENTUKAN NUSANTARA
ANALISA SEJARAH KEKAISARAN MONGOL
JENGHIS KHAN, SANG PENAKLUK
created : Ejang Hadian Ridwan
Alkisah di daratan Asia bagian tengah, tepatnya di negeri Mongol, terbentuklah suatu pusaran badai, semakin lama semakin besar, badai besar itu mulai bergerak disekitarnya daratan itu, lalu secara serentak bergerak menuju arah timur ke negeri daratan Cina, setelah itu berubah arak dan mulai bergerak lagi menuju arah selatan daratan mongol, tidak berhenti disitu pusaran badai dengan cepat menuju arah  barat, menyapu negeri-negeri kawasaan Asia bagian timur-tengah dan sebagian tanah-tanah Eropa, lalu kembali lagi ke tempat asal mulanya, tapi badai besar itu tidak hilang tetap berputar, suatu saat secara liar badai itu akan bergerak kemana pun arah angin berhembus, bisa jadi melanda seluruh negeri-negeri ke seantero jagat ini.
Sungguh teramat dasyat badai besar itu, bagaikan kiriman malaikat maut, sungguh luar biasa kejam, mengerikan dan tiada ampun, menghepas segala apa yang terlewatinya, lebih dasyat dari tumpahan air bah, karena badai ini belum mau pergi kalau yang dilewatinya belum benar-benar musnah dan binasa.
Akibat yang ditimbulkan badai itu teramatlah mengerikan, nyawa manusia sudah tidak ada harganya sama sekali, jerit tangis anak manusia tidaklah dihiraukan, banjir darah dimana-mana, organ tubuh manusia berhamburan, kadang berupa potongan, terkoyak, atau terpisah, kepala manusaia jarang yang bisa bersatu dengan badan. Kehancuran merata disemua negeri, tidak peduli jerih payah puluhan tahun bahkan berabad-abad lamanya dihempasakan tak berdaya, kobaran api menjalar dan membumbung tinggi dimana-mana, merobohkan dan menghancurkan sekokoh apapun bangunan dibuat, menimbulkan warna merah jingga menyala, berseling warna abu-abu putih diangkasa, tanda keputusasaan dan duka nestapa teramat dalam bagi siapa yang mengalami, melihat, dan merasakan.
Burung-burung bangkai berterbangan penuh suka cita. Mereka mencari, mengintai, meliuk dan tinggal landas di arena kematian sederet dan setumpuk jasad manusia, burung-burung inilah yang mengambil keuntungan dari peristiwa dan kejadian itu. Tidak susah-susah lagi melakukan pemburuan dramatis mangsa-mangsanya seperti biasa. Mereka berpesta pora, menari-nari, mencabik-cabik dan melahap sisa-sisa jasad setiap manusia yang masih tersisa dan tercecer, sungguh kejadian dan peristiwa yang membuat bulu kuduk berdiri, memilukan, dan menyayat hati, tidak akan penah terlupakan sampai kapan pun bahkan sampai akhir dari dunia ini, akan tercatat dan tertulis dalam perjalanan kehidupan manusia selanjutnya sebagai tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah manusia dimuka bumi ini. Satu generasi peradaban manusia hilang dihempas badai yang teramat kejam ini, susah dan perlu waktu lama lagi untuk memulihkannya.
Badai besar dari darataan Mongol ini tiada lain adalah pasukan besar tentara kekaisaran Mongol yang dipimpin oleh seorang panglima besar sekaligus kaisar didaratan luas itu. Pasukan besar ini sudah terlatih dengan sempurna, terpola dan tersetruktur dengan sangat rapi, teruji dilingkungan kaum atau bangsanya sendiri dan terbentuk kokoh serta tangguh karena tuntutan keadaan alam serta budaya yang ganas pada masa itu, naluri perang dan membunuh sudah mendarah daging, tersatukan dan terpadukan oleh suatu visi dan misi besar dari seorang anak manusia yang dalam tataran biasa termasuk kedalam golongan orang-orang genius, seiring perjalanan dan pengalaman hidup pribadinya yang sudah tertempa sempurna oleh ganasnya alam, tradisi atau kebisaan turun menurun hubungan atar manusia, kelompok kesukuan dan sosial budaya didaratan teramat ganas, itulah yang pula yang membentuk karakter pribadi yang kuat dan tangguh.
Nama gelaran panglima besar atau kaisar dari pasukan tentara mongol itu tiada lain yaitu Jenghis Khan (raja diraja) atau Sang Penakluk, yang terlahir dengan nama Temüjin, anak sulung Yesügei, pemimpin suku (klan) atau ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama pemimpin suku musuh yang ditewaskan ayahnya.  Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, atau sesuai pelafalan dari bangsa-bangsa lain untuk sebutan namanya, nama asalnya, Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (lahir sekitar 1162 masehi sampai kematianya tanggal 18 Agustus 1227 masehi) adalah khan (kaisar atau raja) Mongol sekaligus Panglima besar pasukan tentara perang yang menyatukan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa didaratan Mongolia yang kemudian mendirikan Imparium kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia (kesultanan Kwarizmi), sebagian Eropa dan diawali dengan penaklukan suku-suku bangsa Mongolia itu sendiri.
Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar ditengah perjalanan tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda, tapi alasan sebenarnya adalah dendam dimasa lalu . Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya “Khan dari Segala-galanya” (raja diraja).
Jamukha sendiri tertangkap oleh pasukan Tumujin, tetapi tradisi dan janji persaudaraan yang telah Temujin dan Jamukha buat semasa remaja yaitu Tumujin mengangkat Jamuka sebagai “anda”(melebihi ikatan saudara sendiri) yang membuat Tumujin tidak bisa mengambil hukuman mati untuk Jamukha.
Tapi Jamukha seorang kesatria tentara Mongol yang pemberani, dia meminta kepada Tumujin untuk menghukum mati dirinya dengan syarat tidak setetes darah pun mengalir, karena keyakinan pada saat itu jika jasad tidak mengalirkan darah maka sejatinya manusia itu spiritnya masih hidup, pada dasarnya Jamukha memang mempunyai cita-cita dan ambisi yang serupa dengan Tumujin tapi dengan prinsip dan cara yang berbeda, Temujin sangat paham akan hal itu, dan karena peran andil dari Jamukha sehingga terbentuklah Temujin yang seperti saat itu. Jamukha dihukum mati dengan cara dicekik dan jasad Jamukha dimakamkan dengan upacara militer sesuai tradisi militer tentara Mongol pada saat itu.
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara Cina selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan.
Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para ilmuwan, seniman, ahli sastra, ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon), selain yang utama yaitu barang berharga, semuanya dibawa ke Mongol sebagai pekerja pembantu dengan alih-alih sebagai hasil dari rampasan perang bagi sang pemenang.
Dan itulah salah satu strategi perang Jenghis Khan dimana pun peperangan itu terjadi, bagi para penguasa negeri-negeri yang menyerahkan diri, bukan hanya wajib memberikan upeti tahunan tapi wajib juga mengirim sejumlah pasukan yang ditentukan oleh Kekaisaran Mongol kalau hal itu tidak disepakati berarti tandanya menyatakan perang dan selanjutnya pasti dibumi hanguskan, tapi bagi mereka yang mengirimkan pasukan, pasukan yang dikirim itu tadi harus berada digaris depan peperangan dan dibawah kendali pasukan utama tentara Mongol. Kebijakan itu selain mengindari ada pengumpulan kekuatan dari negeri-negeri bawahan Kekaisaran Mongol untuk suatu saat menyerang balik.
Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke Kerajaan Khawarezmia yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Jenghis Khan mengirim utusan ke Kesultanan Khwarizmi untuk meminta pertanggung jawaban atas perbuatan panglimanya itu, tetapi yang didapat adalah cemoohan dan hinaan dari kesombongan
Sang Sultan karena merasa bahwa kesultanan Khawarizmi adalah kesultanan yang mempunyai wilayah paling luas dan pasukan militer yang tidak terkalahkan saat itu. Jenghiskan sekali lagi mengirim utusan yang misinya adalah berbeda dengan utusan yang pertama yaitu permintaan mengakui Kekaisaran Mongol sekaligus harus tunduk. Jawabanya sudah pasti dapat diperkirakan yaitu penolakan dengan tegas dan angkuh serta dengan di iringi penghinaan luar bisa utusan Jenghis Khan yaitu dari ketiga orang utusan 2 diantaranya dicor atau dimasukan ke dalam  mata dan mulutnya yaitu cairan logam panas lalu kedua orang itu diseret dengan kuda dan digantung, sedangkan yang satu orang lagi dibiarkan hidup dan dipotong telinganya sebagai pesan bagi Jenghis khan.
Kesombongan dan keangkuhan tanpa perhitungan Sang Sultan Khawarizmi serta keserakahan panglimanya itu yang membawa bencana bagi bangsanya sendiri. Pasukan gabungan Jenghis Khan melakukan long march dan menyerbu ke kesultanan Khawizmi dan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara yang sama menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh.
Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, jutaan jiwa melayang, perang ini lebih kearah pembantaian umat manusia, kota-kota dihancurkan atau dibumi hanguskan karena dibakar termasuk didalamnya bangunan-bangunan bersejarah dan perpustakan besar sejarah dan keilmuan, benteng-benteng pertahanan dirobohkan dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia. Sebelumnya Jenghis Khan pernah menyatakan bahwa bukan dia yang menyebabkan perang, tetapi Kesultanan Khawarizmi-lah yang memicu perang itu terjadi sehingga terjadi pembantaian jutaan jiwa manusia melayang.
Tradisi dan kebijakan Jenghis Khan dalam kondisi perang adalah perang harus dilakukan sampai paripurna, tuntas. Semua yang termasuk pimpinan pasukan dan pemimpin tertinggi dari lawan perangnya harus ditumpas habis, walaupun melarikan diri sampai sejauh mana, kasarannya mau melarikan diri ke ujung dunia pun pasti dikejar sampai ada bukti si pimpinan itu mati, itu juga yang terjadi kepada Sultan Khawarizmi, dia melarikan diri tetapi tetap dikejar oleh pasukan Mongol sampai akhir hayatnya meninggal karena penyakit tetapi pasukan Mongol tetap mencari dan mengambil bukti dari jasadnya yang kemudian diberikan ke kaisar.
Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Rusia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra dan orang-orang kepercayaan Jenghis Khan. Sebagian diantaranya dijadikan pemimpin bentukan dari wilayah-wilayah negeri-negeri bawahan akibat dikalahkan perang sehingga bagai mana pun luas dan banyaknya tetap bisa terkontrol oleh ke kaisaran Mongol, itulah strategi Jenghis Khan dalam membentuk suatu imperium besar.
Jenghis Khan yang sudah lanjut usia tetap memaksakan diri untuk memimpin pasukan Mongol dalam rangka menghancurkan kekhalifahan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, akhirnya Jenghis Khan meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda saat melakukan tradisi berburu disela-sela melakukan peperangan. Pemakaman dan tempat dimakamkannya dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya untuk menjaga moral dan keutuhan pasukan sampai pada saatnya musuh berhasil ditaklukan. Makam Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh oleh pihak-pihak yang akan melakukan balas dendam.
Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogadai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogadai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering berselisih satu sama lain). Itulah sisi kepastian hukum dan keadilan yang dicontohkan Jenghis Khan, semua jabatan baik itu pimpinan pasukan bahkan jabatan kaisarnya pun didasarkan pada kepantasan dan kelayakan untuk memegang jabatanya itu, sesuatu yang baru dalam dunia peradaban manusia dan dinasty kekaisaran atau kerajaan yang tidak seperti lazimnya keadaan yang berlaku biasanxa.
Biasanya putera makhota dipilih dari usianya yang paling tua, tapi tidak untuk Jenghis Khan. Yang memegang Jabatan kaisar monggol adalah anaknya yang paling pantasa dan layak memegang jabatan itu, ini artinya pemimpin besar seprti Jenghis Khan sudah memikirkan regenerasi bagi penerusnya dan itulah memang tanda-tanda dari seorang pemimpin besar, dicontohkan oleh Jenghis Khan Sang Penakluk.
Dalam sistem kenegaraan, Jenghis Khan memberlakukan hukum persamaan hak bagi setiap warganya dan adalah perubahan dasar yang dilakukan Jenghis Khan dari kebisaan kaumnya memperbudak manusia. Setiap orang dihargai karena peran dan usahanya, makanya banyak pengikut awal dari pasukan Mongol adalah mereka dari basis masyarakat biasa, dan para budak yang dirubah setatusnya, walau pada awalnya mendapat tentangan dari kaum bangsawan Mongol pada saat itu. Tapi Jenghis Khan tetap pada kebenaran prinsipnya yang dia canangkan, dan para bangsawan pun harus patuh, para bangsawan pun tidak luput dari hukuman mati seandainya mereka melakukan kesalahan fatal dan atu terutama penghianatan.
Aturan dan hukum yang dibuat Jenghis Khan itu dilaksanakan dan dilakukan secara pasti walaupun itu pada saat-saat tertentu berhadapan dengan kepentingan pribadi atau keluarganya. Aturan atau hukum yang diberlakukan pada masa-masa ke Kaisaran Mongol sedikit lebih ekstim daripada yang biasanya, misal jika seseorang melakukan kesaksian yang apabila dibuktikan bohong hukumannya adalah penggal kepala alias hukuman mati sehingga ada cerita bahwa orang Mongol adalah orang-orang yang paling tidak bisa untuk berbohong, mungkin karena terbisa dengan aturan itu pada awal mulanya, banyak lagi aturan-aturan dan hukuman-hukuman yang berakhir pada kematian untuk pelanggaran-pelanggaran hukum, ini sesuatu yang tidak biasanya dalam aturan-aturan dan hukum-hukum dibelahan dunia mana pun dimasa itu.
Salah satu contoh keadilan lainya adalah Jenghis Khan dalam hal praktek pembagian hasil rampasan perang, Jenghis Khan hanya mengambil 10 % dari total yang didapat itupun masih sebahagian besar masuk kedalam pendapatan kas kekaisaran, 90 % dibagikan kepada para pelaku peperangan itu sesuai dengan jabatan dan peran aktifnya di setiap operasi milter yang sedang dilangsungkan.
Itulah mengapa Jenghis Khan menjadi seorang pemimpin besar yang dicintai dan diagung-agungkan bangsanya, bahwa Jenghis Khan membawa perubahan yang sangat besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran bagi bangsanya, dan pihak mana pun atau bangsa mana pun merasa aman jika melakukan kegiatan katif baik itu dalam perdagangan atau investasi karena dijamin kepastian hukumnya. Para pedagan dijalur sutra pada masa-masa kekaisaran Mongol tambah ramai dan semakin diminati karena mereka dijamin keamanannya selama mereka memberikan kontribusi aktif bagi ke kaisaran.
Ogodei Khan, anak ketiga yang menjadi Khan Agung, bukan hanya berhasil dalam mempertahankan wilayah Mongolia yang telah dibangun oleh ayahnya, namun ia berhasil memperluas kekuasaannya dengan menghancurkan kerajaan Jin untuk terakhir kalinya, serta memerintahkan panglimanya untuk memperluas kekuasaan di wilayah Eropa. Wilayah Russia, Polandia, serta Hungaria berhasil dikuasai oleh Mongolia. Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Henry dari Silesia tergabung dari pasukan Hungaria, Polandia, dan Jerman (Kekaisaran Suci Romawi) yang terdiri dari pasukan Teutonik terbantai tak bersisa dalam perang di Leignitz. Sejarah Eropa mencatat kekejaman dan teror besar yang dilakukan oleh kerajaan Mongolia atas rakyat Eropa.
Pasukan Mongolia baru menghentikan perluasan wilayah mereka di Eropa setelah mendengar kematian Ogodei Khan. Negara-negara Eropa memilih untuk memberikan upeti kepada kerajaan Mongolia daripada mengambil risiko untuk melawan Mongolia. Eropa bahkan memohon bantuan Mongolia untuk menghancurkan Arab. Sebagian wilayahnya kemudian akan menjadi Dinasti Yuan di bawah Kublai Khan, anak Tolui Khan.
Tolui Khan, anak termuda, mewarisi tanah Mongolia yang relatif kecil. Anaknya, Kublai Khan, akan mendirikan Dinasti Yuan.Chagatai Khan, anak kedua, diberi Asia Tengah dan Iran utara, mendirikan Kekhanan Chagatai. Batu Khan adalah anak Jochi Khan, anak tertua Jenghis Khan yang telah mati sebelum kematian Jenghis Khan. Warisan tanah yang sekiranya diwarisi oleh Jochi, yakni Rusia, diberikan oleh kedua anaknya, Batu Khan dan Orda Khan, yang keduanya, beserta 12 saudara mereka lainnya, mendirikan Ulus Jochi (Golden Horde)
Setelah kematian Ogodei Khan, Mongolia dikuasai oleh Batu Khan yang memiliki visi lain dalam memperluas kerajaan Mongolia. Ia mengirimkan pasukan untuk menguasai tanah Arab yang sebelumnya dikuasai oleh Eropa, seperti Damaskus dan kota-kota lainnya. Pasukan Eropa mengirimkan bantuan pada saat mereka merebut kota Yerusalem. Pasukan Mongolia tercatat dalam sejarah memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Mesir. Setelah kematian Batu Khan, pasukan Mongolia menghentikan agresi militernya ke arah barat.
Mongolia pada saat kekuasaan Kubilai Khan berhasil memperluas wilayah sampai seluruh Cina, Korea, Burma, Vietnam, dan Kamboja. Pasukan Mongolia pernah melakukan agresi militer ke Jepang dan Jawa (Kerajaan Singasari), namun tidak berhasil.
Mongolia berjuang untuk membawa nama baik bangsanya dengan prinsip yang telah diajarkan oleh pahlawan mereka, yaitu Jenghis Khan. Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination). Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara.
Kekuasaan Imparium Kekaisaran mongol mulai dari Jenghis Khan sampai kaisar terakhir itu berlangung selama 150 tahunan, dimulai abad ke-12 sampai awal abad ke-14.
Jenghis Khan berhasil membentuk imparium kekaisaran Mongol tidaklah terbentuk begitu saja atau karena sudah ada sebelumnya, ini murni dari nol besar, dan ini adalah hasil usaha yang luar biasa, penuh dengan kerja keras serta kebulatan tekad didasari oleh visi dan misi kenegarawanan dan prinsip hidup yang kokoh serta konsisten.
Jenghis Khan berhasil membentuk pasukan besar yang hampir 100% tidak terkalahkan oleh pasukan bangsa manapun karena menerapkan tingkat disiplin militer yang tinggi, terlatih dan terdidik sempurna, organisasi militer yang rapi, terisi dengan semangat juang berdasarkan ideologi kebangsaan luar biasa, rekrutmen para panglima perang dibawahnya yang mempunyai kualitas dan loyalitas yang unggul, serta kecerdasan strategi yang diterapkan berdasarkan kajian ilmu dan pengalaman hidup yang luas serta tehnologi perlengkapan perang yang terkini dan selalu dievaluasi terus menerus, diperbaiki secara dinamis yang harus bisa mengatasi berbagai keadaan dan situasi medan peperangan.
Dalam urusan kenegaraan Jenghis Khan menerapkan hukum pasti yang tidak pandang bulu, dekat sekaligus dihormati yang menjurus ke kepatuhan dan kesetiaan total yang menyeluruh dari rakyatnya karena pola hidup yang sederhana dan keteladan dari semua aturan hukum yang dikeluarkannya. Pakaian perang Jenghis khan sama dengan pakaikan umum prajurit perang dibawahnya, selama hidupnya selalu tinggal di tenda-tenda (yurt) seperti kebiasaan golongan bangsanya sendiri, walau pun saat dia sudah diangkat dan menjabat sebagai kaisar besar pemimpin sebuah imparium terbesar dunia mengalahkan imparium besar dunia sebelumnya terlihat dari luas wilayah yang berhasil dikuasainya.
Kekebatan dan keperkasaan pasukan besar tentara Mongol laksana badai besar yang bisa menyapu segalanya, inilah yang menyebabkan rasa was-was, miris, dan menjadi momok ketakutan luar biasa bagi bangsa-bangsa lain yang belum disentuh diseantero jagat ini, dan berita tentang pergerakan pasukan Mongol sangat cepat menjalar menembus segala lapisan bangsa, didaratan yang sama maupun seberang lautan.
Banyak bangsa-bangsa yang sudah pasrah tetapi tidak sedikit pula diantara mereka yang mencoba mempersiapkan diri dengan berbagai cara dan ide yang muncul untuk menghadapi keadaan ini sebagai rekasi dari keberadaan pasukan Mongol yang suatu saat mereka akan berhadapan langsung di medan perang.
Maka lahirlah ide-ide dan usaha-usaha besar untuk mempersatukuan dari bangsa-bangsa yang kecil menjadi sebuah bangsa besar dan bersiap diri mengantisifasi kondisi yang akan datang. Salah satunya adalah di Asia bagian tenggara dengan kemunculan “nusantara” yang disatukan oleh kerjaan besar Majapahit antara abad ke-13 dan ke-14.
Ada 3 kerjaan besar pada waktu itu  di nusantara yaitu Kerjaan Melayu (Wangsa Mauli), Kerajaan Sunda Galuh dan Kerajaan Kediri, Kerajaan Kediri termasuk yang paling lemah karena sering terjadi perang saudara antara Kediri dengan Jenggala. Sedang Kerajaan Melayu dalam masa peralaihan dan pemulihan dari Kerajaan Sriwijaya yang melemah akibat dijajah oleh kerajaan Chola dari India dan Kerajaan Sunda Galuh sudah ratusan tahun lamanya menjadi negeri yang damai, makmur dan kaya.
Raja-raja kerajaan Majapahit adalah keturunan wangsa Rajasa yang dimulai oleh raja pertama dengan gelar Sri Rajasa Awurmabhumi atau dalam kitab pararaton dikasih nama figuran untuk nama aslinya yaitu Ken Arok, yang marak diingatan masyarakat tapi nama itu sama sekali tidak bisa dikuatkan dengan bukti-bukti sejarah lainya, sama halnya dengan yang lain seperti nama untuk Ken Dedes, Tunggul Ametung, Mpu Gandring dan lain-lain yang tidak ada padanan nama pada bukti-bukti sejarah yang pernah diketemukan.
Munculah Wangsa Rajasa ditanah Jawa bagian timur, dinasti kekuasan baru, selain dinasti-dinasti kekuasan terdahulu, dimulai dari Sri Rajasa Sang Amurwabhumi (Ken Arok-versi Kitab Pararaton) sampai anak keturunannya Hayam Wuruk yang didampingi Gajah Mada adalah reaksi dan duplikatisasi dari keberhasilan imperium Mongol, tentunya memakai cara-cara Jenghis Khan, sebagai sebuah model yang bisa dipertanggungjawabkan nyata untuk keberhasilnya.
Bukti-bukti sejarah memberikan fakta bahwa pada tahun yang sama 1227 M saat meninggalnya Sri Rajasa, itu sama dengan tahun kematian dari Jenghis Khan, artinya bahwa masa muncul dan berkembangnya Imperium Mongol sama dengan berkuasanya Wangsa Rajasa sebangai cikal bakal lahirnya kerajaan besar Majapahit. Sri Rajasa merebut kekuasaan Kediri yaitu tahun 1222 Masehi, ini tentunya terinspirasi oleh keberhasilan Jenghis Khan.
Keganasan invasi tentara Mongol menjadi issu yang paling hangat dan paling heboh serta menakutkan pada masa itu, dan issu seperti ini wajar dan pasti menjadi berita yang paling sangat cepat menyebar dan sampai ke negeri-negeri Asia bagian tenggara (kerajaan-kerajaan di nusantara). Keberadaan pasukan tentara Mongol merupakan teror menakutkan bagi bangsa-bangsa lain. Kegiatan perdagangan manca negara sudah berlangsung sebelumnya arinya segala informasi dunia luar sudah masuk ke tataran tanah Jawa, keberadaan kerajaan Tumapel sudah menjadi catatan bagi para pelancong dar Cina dinasti Yuan dengan sebutan mereka yaitu Tu-ma-pen.
Melihat kondisi ini dan issu yang menyebar serta pengetahuan tentang seluk beluk bahkan kehidupan pribadinya bahkan metoda atau cara seperti apa Genghis Khan mempersatukan daratan Mongol, maka munculah Sri Rajasa sebagai pelopor pemersatu Kediri, dengan cara melakukan kudeta yang berhasil dan nama kerajaan diubah menjadi Singhasari (versi kitab pararaton, nama resmi tetap Kerajaan Tumapel).
PETA KERAJAAN TUMAPEL (SINGHASARI)
(masa kepemerintahan Sri Rajasa)
Sumber  : http://e-dukasi.net/
Dalam prakteknya dari perintisan karir, Sri Rajasa menerapkan sistem dan pola yang dipakai Genghis khan karena pola ketatanegaraan dan militer yang sudah teruji berhasil, ide kedepanya sama untuk mempersatukan nusantara, tapi dalam perjalannya Sri Rajasa berumur pendek,  dengan kematian yang belum ada penjelasan sejarahnya, yang bisa dipertanggungjawabkan kebenaran sejarahnya. dan ketiga anaknya pun berumur pendek termasuk 1 cucunya, asumsinya adalah mungkin selepas penguasaan terhadap Kediri, masih terjadi pergolakan politik panjang dan merekalah bagian dari sekian korbannya.  dan berakhir pada jaman raja Kertanegara dengan lama kekuasaan sekitar 50 tahun.
PETA WILAYAH KEKUASAAN SINGHASARI
(masa kekuasaan Sri Kertanegara)
Sumber : http://www. mbahrogo.wordpress.com
Kertanegara, Raja Singhasari selanjutnya mencoba meneruskan cita-cita kakek buyutnya Sri Rajasa dan berhasil meluaskan wilayah kekuasanya. Kertanegara dalam penghujung kekuasanya dihianati oleh salah seorang keluarganya, dan berlanjutlah masa kekuasaan Wangsa Rajasa dengan munculnya  komplik intern dalam negeri, sampai muncul Gajah Mada sebagai pendamping Hayam Wuruk (raja muda kerajaan Majapahit), Hayam Wuruk nama yang diberikan dalam kitab Pararaton untuk tokoh sekaligus raja Majapahit Sri Rajasanegara. Pada masa Kertanegara inilah terjadi penolakan dan pengusiran utusan Mongol, yang artinya itu sikap sedia menyatakan dan menantang perang pasukan tentara kekasiaran Mongol yang termasyur itu.
PETA WILAYAH KEKUASAAN MAJAPAHIT
(masa kekuasaan Sri Rajasanegara-Hayam Wuruk)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Majapahit-map.jpg
Visi kenegaraan yang bercita-cita melanjutkan persatuan seluruh nusantara dari Sri Rajasa inilah yg mereka teruskan, Selain Kertanegara yang sudah melakukan ekspansi sebelumnya, kerajaan Majapahit pun sebagai kerajaan terakhir dengan rajanya Hayam Wuruk didampingi tokoh kerajaan yang mumpuni Sang Mahapatih Gajah Mada. Wangsa Rajasa yang mencapai kesuksesan gemilang dengan catatan sejarah bahwa nusantara bisa dipersatukan seutuhnya.
Mungkin diantara berbagai pihak sudah pernah mecoba mencari tahu tentang dimana dan kapan Mahapatih Gajah Mada wafat dan dimana kuburannya, walaupun banyak yang mengaku-ngaku bahwa Mahapatih Gajah mana meninggal ditempat inilah, itulah, atau bahkan ada yang berfantasi bahwa beliau moksa (hilang, tilam), tapi kalau diperhatiakan seksama dari sejarah Jenghis Khan, ada satu kesamaan diantara meraka yaitu kuburan meraka tidak pernah teridentifikasi oleh siapapun sampai sekarang.
Inilah kesimpulan yang coba ingin disampaikan bahwa apa yang dilakukan Mahapatih Gajah Mada dengan segala karya besarnya dalam mempersatukan nusantara, dan diakui atau tidaknya bahwa pemerintahan atau pendiri bangsa dan negara Indonesia jaman dulu mengklaim wilayah Indonesia sekarang adalah atas dasar daerah teritorial yang pernah ditaklukan oleh kerajaan besar Majapahit, walaupun tidak berhasil seluruhnya, karena menurut data penaklukan yang dimiliki kerajaan Majapahit jauh lebih luas dari wilayah Indonesia sekarang.
Peta perkembangan wilayah kekuasaan yang diawali kerajaan Tumapel (Singhasari awal) pada masa Sr Rajasa Sang Amurwabhumi kemudian peta wilayah kekuasaan kerajaan Tumapel (Singhasari akhir) pada masa Sri Kertanegara) dan peta kekuasaan wilayah kerajaan Majapahit pada masa Sri Rajasanegara (Hayam Wuruk), terlihat sebagai pola perkembangan dari ide pemersatuan nusantara yang terus berkelanjutan. Inilah bukti bahwa Wangsa Rajasa mulai dari raja pertama sampai pada masa kekuasaan Majapahit debagai penerusnya mempunyai grand design yang sama dalam mewujudkan nusantara bersatu.
Terakhir, bahwa ide pemersatuan nusantara lahir karena tepat pada situasi global negara-negara di dunia atas haegemoni kekuasaan dan invasi dari Imperium Besar Kekaisaran Mongol pada waktu itu. Secara hukum alam suatu kekuatan besar harus dilawan dengan kekuatan seimbang. Makanya lahirlah ide-ide pemersatu pada waktu itu, alhasil terbentuklah nusantara yang dikenal sekarang.
Wilayah nusantara mempunyai keuntungan tersendiri karena merupakan wilayah kepulauan, perlu perlengkapan maritim untuk menaklukanya, berbeda dengan wilayah Asia daratan seperti halnya cina dan Asia barat (timur tengah) yang merupakan daratan luas. Daerah-daerah kepulauan mempunyai sistem pertahanan pantai yang pasti merepotkan, termasuk pasukan besar Mongol akan mengalami kesulitan sendiri dalam menghadapinya karena mereka tidak terbiasa dengan sistem peperangan dilauatan dan pinggir pantai.
Nusantara yang dipersatukan oleh kerajaan Majapahit merupakan lawan sepadan bagi pasukan besar Mongolnya, karena pada masa itu hanya nusantaralah yang mampu mengimbanginya. Kekeuatan terbesar didunia setelah imperium kekuasaan kekaisaran Mongol.
Gajah Mada sudah barang tentu mengimplementasikan pengetahuan tentang cara-cara atau metode-metode dari seorang manusia unggul Sang Jenghis Khan dalam menjalankan ide-ide pemersatuan itu. Dalam memahami apa yang dilakuan Gajah Mada sehingga berhasil, tentunya harus terlebih dahulu menggali pengetahuan dari sumber model yang diterapkan Gajah Mada, yaitu sejarah tentang bagai mana riwayat hidup Jenghis Khan itu sendiri.
Catatan, wacana masyarakat tentang ide pemersatu nusantara berawal dari ikrar atau sumpah Gajah Mada yang terkenal dengan sebutan Sumpah Palapa harus dikaji ulang. Karena sumpah itu hanya disampaikan dari satu sumber yaitu kitab Pararaton yang keabsyahannya masih diragukan. Majapahit sebagai kerajaan besar ketika memutuskan invasi terhadap wilayah kerajaan lain, atau memutuskan untuk melalui berperang haruslah keputusan semua perangkat kerajaan mulai dari raja, para bangsawan dan harus mendapat persetujuan dan dukungan penuh dari masyarakat, bukan hanya disandarkan pada keputusan satu orang yang bernama Gajah Mada. Pada akhirnya Gajah Mada menjadi pimpinan operasi militer, itu masalah lain yaitu mengenai sistem organisasi satu komando dalam operasi militer dan Gajah Mada memenuhi syarat-syarat itu.
Wassalam
penulis
Referensi :
1. wikipedia online
2. Genghis Khan, Sang Penakluk, Sam Djang
3. Genghis Khan, Badai Tengah Padang, Sam Djang
4. Gajah Mada Seri I,II,III,IV, Langit Kresna Heriadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar